Aset saham itu disimpan dan dikelola melalui akun efek di Indo Premier Sekuritas (IPOT), salah satu platform investasi digital yang cukup populer di Indonesia. Artinya, keputusan ini bukan sekadar simbolik, tetapi juga memiliki latar belakang perencanaan investasi jangka panjang.
Baca Juga: Cerai? Apa yang Terjadi di Balik Hubungan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya
Floating Loss, Tapi Sarat Makna
Hal yang paling mencuri perhatian publik adalah pengakuan jujur Yudha terkait kondisi saham tersebut.
Ia secara terbuka menyebut bahwa saham GOTO yang dijadikan mahar masih berada dalam posisi floating loss, alias mengalami penurunan nilai yang belum direalisasikan.
Alih-alih melihatnya sebagai kekurangan, Yudha justru memaknai kondisi tersebut secara filosofis.
"Tagline GOTO, Go Far Go Together, justru sangat relevan. Dalam investasi ada fase naik dan turun, sama seperti pernikahan. Saham ini sudah lama ada di portofolio saya, tersimpan rapi di IPOT, meskipun sekarang masih floating loss, tapi maknanya jelas: perjalanan panjang dijalani bersama,” ujar Yudha.
Pernyataan ini mendapat banyak respons positif, terutama dari kalangan investor ritel yang akrab dengan dinamika naik-turun pasar saham.
Cerminan Pola Pikir Investor Muda
Keputusan Yudha Keling menggunakan saham sebagai mahar mencerminkan pergeseran cara pandang generasi muda terhadap investasi.
Saham kini tidak lagi dipandang semata sebagai alat mencari keuntungan jangka pendek atau unrealized gain, melainkan sebagai aset bernilai jangka panjang.
Fenomena ini juga menunjukkan meningkatnya literasi keuangan, di mana instrumen pasar modal mulai dianggap cukup stabil, sah, dan relevan untuk terlibat dalam momen personal yang sangat penting, seperti pernikahan.
Baca Juga: Perjalanan Cinta Ridwan Kamil-Atalia Praratya, Dari Janji Bahagia ke Gugatan Cerai di PA Bandung
Investasi dan Gaya Hidup Modern
Praktik ini sekaligus menegaskan bagaimana platform investasi digital dan pasar modal telah terintegrasi ke dalam gaya hidup masyarakat urban.