Apakah pemerintah masih kekurangan bukti dan alasan untuk tidak memblokir situs yang diduga kuat perjudian online?
Sayangnya, pemerintah memang memiliki situs judi online berbasis permainan domino bahkan mengaku sebagai permainan kartu biasa dan resmi terdaftar sebagai PSE bersama dengan beberapa situs lain yang dicurigai.
Dalam hal ini, permainan Zuma sering diidentikkan dengan ketidakmampuan PNS dalam melayani masyarakat. Game jadul yang rilis tahun 2003 ini bahkan disebut sebagai game PNS.
Cara memainkannya yang mudah dan tidak membutuhkan spek komputer tertentu membuat game ini lebih “sesuai usia”, yakni baby boomer bisa memainkannya, bahkan mereka yang sering dicap sebagai generasi tech-stuttering.
Menanggapi beberapa platform yang diblokir oleh pemerintah, banyak netizen yang mempertanyakan kemampuan IT sebenarnya dari pegawai negeri sipil Kangming Information yang tampaknya ceroboh dalam hal kebijakan.
Baca Juga: Profil Kak Onyot Komika Raja Sindir, Berani Sindir Ferdy Sambo Sampai dengan UAS, Ternyata Orang...
“Mereka pahamnya Kodok Zuma, dok. Gak paham apa itu Paypal, apa itu Steam,” ungkap seorang warganet dalam cuitannya di Twitter.
“Maklum, mainnya Kodok Zuma doang di kantor,” tulis salah seorang warganet menanggapi pemblokiran tersebut.
Netizen menanggapi tweet pemerintah bahwa "Kodok Zuma" dilarang, yang sebenarnya bermakna.
Permainan Zuma bukan sekadar permainan biasa, melainkan sebuah sindiran terhadap pemerintah, terutama yang lebih melek teknologi komunikasi dan teknologi informasi, namun menunjukkan “gagap”-nya melalui pembuatan kebijakan yang kasual dan selektif di satu sisi.
Baca Juga: Kak Onyot Siapa? Komika yang Sindir Ferdy Sambo dengan Dibawakan Secara Komedi
Bukankah PNS yang duduk di jajaran teknologi komunikasi dan informasi itu benar-benar “tahu” IT?
Tentu saja pemahaman IT lebih dari sekadar cara menembakkan bola warna-warni layaknya bermain Zuma di komputer kantor.
Pemerintah harus memikirkan secara matang setiap kebijakan yang akan diambil karena kebijakan tersebut tidak hanya berdampak pada satu orang tetapi juga kehidupan semua orang.
Bukankah lucu jika publik hanya dijadikan arena uji coba kebijakan yang hanya akan ditarik ketika perhatian dan kemarahan publik tersulut? Itulah arti dari apa itu Kodok Zuma.***