Cerita Horor Seram 'Bakso Setan', Kisah yang Bikin Merinding, Ajak Teman untuk Baca Cerita Horor Ini!

- Jumat, 10 Maret 2023 | 17:40 WIB
Ilustrasi Cerita Horor Seram 'Bakso Setan', Kisah yang Bikin Merinding, Ajak Teman untuk Baca Cerita Horor Ini! (Foto/Pinterest.)
Ilustrasi Cerita Horor Seram 'Bakso Setan', Kisah yang Bikin Merinding, Ajak Teman untuk Baca Cerita Horor Ini! (Foto/Pinterest.)

SEWAKTU.com - Berikut cerita horor seram 'Bakso setan'. Dalam keseluruhan, cerita horor dapat menjadi genre yang sangat menarik dan menakutkan untuk dibaca atau ditonton.

Jika ditulis dengan baik, cerita horor dapat mengguncang pembaca dan membuat mereka merasa terjebak dalam kegelapan dan ketakutan. Lantas, seperti apa cerita horor seram 'Bakso setan' tersebut?

Namun, karena sifatnya yang menakutkan, cerita horor sebaiknya disajikan dengan hati-hati dan dipertimbangkan dengan matang. Yuk, langsung saja simak cerita horor seram 'Bakso setan' di bawah ini.

Baca Juga: Berdasarkan Kisah Nyata! Cerita Seram Pendaki Gunung, Banyak Kejadian Aneh Hingga Penampakan

Malam itu, seperti biasa, aku nongkrong di sini. Pos ronda di ujung desa. Sendirian, sambil ngopi plus sebungkus Djarum Coklat. Vespa aku parkir di sebelah pos ronda. Aku memang suka nongkrong sendirian, sambil melamun memikirkan masa depan.

Emak di rumah bawel banget sih, selalu nanyain kapan punya calon istri. Boro-boro calon istri. Calon pacar aja belum ada. Padahal wajahku lumayan tampan lho. Badan tegap atletis. Penghasilan juga mapan. Sebenarnya ngga ada kurangnya.

Nah, jadi di sinilah aku sering menghabiskan malamku. Biasanya kalau sudah cukup larut, aku pulang. Di sini, konon kata temen-temenku, cukup angker. Sering ada penampakan. Hmm.. Aku bukan tipe cowok yang percaya hal-hal begituan.Kisah

Saat itu aku melihat sesosok dari kejauhan berjalan ke arah sini. Wanita? Sepertinya wanita. Samar-samar terlihat. Makin lama makin terlihat jelas. Betul. Wanita. Cantik. Sendirian.
Wow, kok berani ya, malam-malam sendirian, jalan kaki lewat sini, pikirku.

Bajunya putih. Rambutnya tertutup semacam kerudung. Saat mendekat, aku mencium wangi semerbak. Sepertinya aku nggak pernah lihat dia. Apakah dari kampung sebelah ya?
Aku berdesir. Wah, ini cocok banget kalau dijadikan istri. Cantik, solihah, paket komplit deh.

 

"Neng, jalan kaki sendirian aja?" tegurku.
"Iya bang. Kemaleman."
"Rumahnya mana Neng?"
"Itu bang, di desa Sukasepi."
Wah, bener nih, dari desa sebelah.
"Emang tadi dari mana?"
"Dari kota bang. Mau pulang, bisnya sempet mogok di jalan, Jadinya kemaleman."
"Abang anter ya? Di sini suka ada penampakan. Hati-hati."
"Iya Bang."
Aseekk, hatiku berbunga-bunga.
Segera aku stater vespaku, Jeng-jeng-jeng-jeng...
"Sini, Neng. Naik."
"Iya Bang."

Malam itu aku serasa vespaku jalannya melayang. Inikah namanya cinta? Sambil bersenandung lirih, hatiku bahagia.
Pas sampai di dekat kuburan desa, aku melihat ada tukang Bakso mangkal.

 

"Neng, makan Bakso dulu, mau? Abang traktir deh."
"Boleh Bang, kebetulan saya lapar," jawabnya malu-malu.
"Eh, oiya, kita belum kenalan. Saya Aldi. Eneng siapa?"
"Saya Sinta, Bang."

Halaman:

Editor: Ananta Wira Mahmuda

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X