Cerita Horor Seram 'Mantera Sihir Sang Adik', Cerita Horor Tak Selalu Datang dari Orang Tak Dikenal

- Jumat, 10 Maret 2023 | 17:38 WIB
Ilustrasi Cerita Horor Seram 'Mantera Sihir Sang Adik', Cerita Horor Tak Selalu Datang dari Orang Tak Dikenal. (Foto/Pinterest.)
Ilustrasi Cerita Horor Seram 'Mantera Sihir Sang Adik', Cerita Horor Tak Selalu Datang dari Orang Tak Dikenal. (Foto/Pinterest.)

SEWAKTU.com - Ini dia cerita horor seram 'Mantera Sihir Sang Adik'. Dalam cerita horor, penggunaan deskripsi yang efektif sangat penting. Deskripsi harus digunakan dengan tepat untuk menciptakan gambaran yang jelas dalam pikiran pembaca.

Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan detail fisik dan psikologis tentang suasana, karakter, dan plot. Pastinya penasaran dengan cerita horor seram 'Mantera Sihir Sang Adik', bukan?

Beberapa elemen umum yang sering ditemukan dalam cerita horor seram adalah hantu, setan, mahluk-mahluk supernatural, mayat hidup, dan kejahatan manusia. Simak selengkapnya tentang cerita horor seram 'Mantera Sihir Sang Adik' di bawah ini.

Baca Juga: Berdasarkan Kisah Nyata! Cerita Seram Pendaki Gunung, Banyak Kejadian Aneh Hingga Penampakan

Mantera Sihir Sang Adik

Oleh: Dora Gustika

"Saya mohon ja-jangan mendekat. Ja-jangan sakiti saya." Karya menangkupkan ke dua tangan memohon ampun, sementara bibirnya bergetar. Wajah keriputnya yang tirus, pucat pasi. Seluruh tubuhnya merinding melihat sosok di hadapannya begitu menakutkan.

Andai kakinya bisa berjalan, dia pasti sudah berlari. Namun, karena stroke yang menimpanya empat bulan yang lalu, kedua kakinya tak bisa berfungsi. Akhirnya laki-laki berusia 58 tahun itu banyak menghabiskan waktu di atas kursi roda.

"Tolong!" pekik Karya. Urat di lehernya menyembul. Matanya melotot saat sosok di hadapannya kian mendekat. Suara tumit sepatu beradu dengan lantai membuat Karya ketakutan.

"Tolong!" lolong Karya. Suaranya semakin lemah. Dia tak berdaya saat kedua tangan sosok itu mengendalikan kursi roda milik Karya.

"Kau mau bawa saya ke mana?" Pikiran buruk berkelebat dalam benak laki-laki tua itu. Berulang-ulang hingga suaranya meraung keras.

Ke dua tangan Karya memukul pegangan kursi roda. Ingin dia melompat, tetapi tubuhnya serasa ada yang mengendalikan hingga dia hanya bisa pasrah. Sosok itu terus mendorong Karya.

 

Sampai di ujung tangga. Kursi roda itu berhenti. Karya sedikit melongo ke bawah. Matanya membelalak ketakutan. Keringat dingin membasahi telapak tangan hingga menjejak pada pegangan kursi.

Halaman:

Editor: Ananta Wira Mahmuda

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X