SEWAKTU.com -- Ketika mendengar berita tentang tindakan tidak senonoh yang melibatkan tokoh agama di pondok pesantren, reaksi pertama saya adalah tidak terkejut.
Baru-baru ini, muncul lagi berita viral mengenai seorang Gus Zizan yang diduga terlibat dalam tindakan asusila perselingkuhan, berciuman, dan pergi ke klub malam dengan Zoe Levana.
Gus Zizan adalah anak dari seorang kiai pemilik pondok pesantren. Kejadian seperti ini bukanlah hal baru, karena banyak kasus asusila yang terjadi di beberapa pondok pesantren Aswaja.
Skandal ini sering kali melibatkan pihak yang memusuhi ajaran Salafi dan mereka yang mendukung pemurnian syariat.
Seringkali, kritik terhadap Salafi disertai dengan tuduhan tidak berdasar. Saya sendiri pernah mengikuti kajian Ustaz Khalid Basalamah yang memberikan pengetahuan mendalam tentang bagaimana membangun rumah tangga.
Menurut beliau, menikah tidak harus menunggu seseorang mapan secara finansial, tetapi ketika seseorang sudah mampu secara seksual, maka sebaiknya dinikahkan untuk menghindari maksiat.
Baca Juga: Kompolnas Minta Penyidik Untuk Terus Usut Tuntas Kasus Vina Cirebon, 2 Orang Buron Masih jadi PR
Contoh lain adalah berita viral mengenai Gus Zizan yang diduga terlibat dalam ciuman dan perselingkuhan dengan seorang tiktoker di sebuah diskotik.
Kasus ini diungkap oleh akun X jadori forever, yang mengklaim bahwa Zoe Levana pernah berciuman dengan Gus Zizan di diskotik.
Hal ini sangat mengejutkan, mengingat Gus Zizan sedang berpacaran dengan Luna pada saat itu. Dalam Islam, konsep pacaran tidak dikenal dan dianggap sebagai bentuk kemaksiatan.
Fenomena-fenomena seperti ini menunjukkan bahwa banyak tokoh agama yang justru terlibat dalam tindakan yang tidak mencerminkan ajaran agama.
Kita sering kali melihat berita tentang tokoh agama yang terlibat dalam tindakan asusila di media sosial. Hal ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk tidak hanya menilai seseorang dari penampilan luarnya saja.
Meskipun banyak pondok pesantren yang terlibat dalam kasus asusila, penting untuk diingat bahwa tidak semua pondok pesantren demikian.