Namun, Aji membantah keras isu yang menyebut dirinya berniat menjual rumah peninggalan Mpok Alpa.
Baginya, rumah tersebut adalah kenangan bersama sang istri sekaligus tempat tinggal anak-anak mereka.
Ia menegaskan tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menjual aset itu.
Bahkan, ia menyebut akan mempertahankan rumah tersebut sebagai bentuk perjuangan dan simbol kebersamaan keluarga.
Aji menjelaskan bahwa pengajuan perwalian lebih kepada urusan administrasi, seperti pendidikan anak-anak hingga kemungkinan melanjutkan sekolah ke luar negeri.
Menurutnya, status perwalian resmi dari pengadilan akan mempermudah berbagai urusan hukum dan administratif yang tidak bisa dijalankan oleh anak-anak karena usia mereka.
Meski demikian, klarifikasi ini tidak serta-merta meredakan kekecewaan keluarga besar.
Mpok Banong menilai sikap Aji yang tidak lebih dulu berkomunikasi menimbulkan kesalahpahaman dan memperbesar rasa curiga.
Keluarga besar berharap Aji segera menunjukkan itikad baik dengan membuka jalur komunikasi.
Mereka menekankan bahwa masalah perwalian anak seharusnya tidak dijadikan ajang konflik.
Bagi mereka, yang terpenting adalah memastikan masa depan anak-anak almarhumah berjalan dengan baik dan penuh transparansi.
Menurut keluarga, ini bukan sekadar persoalan hukum atau administrasi, melainkan juga soal adab dan penghargaan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Mereka ingin agar semua keputusan yang menyangkut kepentingan anak-anak diambil dengan musyawarah dan keterbukaan.
Perseteruan ini seakan menambah duka keluarga besar yang masih berusaha bangkit setelah kehilangan sosok Mpok Alpa.
Komedian dengan ciri khas logat Betawi itu dikenal sebagai pribadi yang sederhana, humoris, dan penuh semangat.