K-Drama dan K-Pop Ternyata Tidak Berpengaruh Besar Kepada Ekonomi Korea Selatan

- Sabtu, 20 November 2021 | 17:53 WIB
Potret series Squid Game (Foto/ Instagram - @netflixkr)
Potret series Squid Game (Foto/ Instagram - @netflixkr)

Sewaktu.com -- Hallyu wave (Korean wave) dari K-drama dan K-Pop telah membuat budayankorea mendunia. Namun ternyata, perindustrian tersebut tidak berdampak besar pada ekonomi Korea Selatan.

Hal itu dikatakan oleh Professor Ilmu Internasional Universitas Korea, Andrew Eungi Kim. Menurutnya, produk-produk yang dihasilkan oleh hallyu wave hanya berdampak kecil pada ekonomi Korsel.

"Ekspor terbesar dari Korea adalah semikonduktor, sedangkan ekspor budaya Korea terbesar adalah gim online," ujar Prof. Andrew Eungi Kim dalam workshop ke-5 Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang berjudul 'Hallyu and its Impact on Korea's Cultural Diplomacy', Jumat (12/11).

Baca Juga: Jeon Somi Mengakui Bahwa Dirinya Pernah Mengidap Penyakit Selebriti Usai Debut Dengan IOI

Workshop ini sendiri diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2017 pendapatan ekspor konten budaya Korsel mencapai 6,7 miliar dolar AS.

Dari jumlah tersebut, gim online justru menyumbang pendapatan terbesar yakni sebesar 3,77 miliar dolar AS. Sedangkan Industri musik (K-Pop) hanya menyumbang pendapatan terbesar keempat sebesar 500 juta dolar AS, industri penyiaran (K-Drama) hanya memperoleh 420 juta dolar AS di posisi kelima, dan film memperoleh pendapatan 43 juta dolar AS.

Korea Seltan sendiri menduduki peringkat ketiga eksportir drama televisi setelah AS dan Inggris. Sementara Spanyol dan Argentina menduduki peringkat keempat dan kelima.

Baca Juga: Ngotot Inginkan Harta Peninggalan Putrinya, Ayah Vanessa Angel Dihujat Netizen

Prof. Kim juga menjelaskan, meski tidak berdampak besar pada ekonomi Korea, namun kesuksesan hallyu wave sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Ini menunjukkan kompetensi negara dalam mengembangkan produk-produk budayanya. Selain itu, hallyu wave menjadikan Korsel sebagai negara yang menarik bagi negara-negara lain, sehingga meningkatkan soft power Korsel di mata dunia.

Menurutnya Prof. Kim terdapat korelasi langsung antara kekuatan ekonomi suatu bangsa dan jangkauan budayanya. 

Contohnya, Produk Domestik Bruto (PDB) India lebih besar daripada Korea Selatan. PDB India sebesar 2.623 triliun dolar AS pada 2020, sedangkan Korsel 1.631 triliun dolar AS. Tetapi karena standar hidup penting, maka India yang standar hidupnya lebih rendah tidak mendapatkan pengakuan besar dalam soft power-nya.

Baca Juga: 5 Langkah Mudah Membasmi Jerawat Yang Bisa Kalian Terapkan Di Rumah

"Popularitas hallyu meningkatkan citra positif Korea sehingga lebih banyak yang tertarik untuk belajar mengenal Korea. Makanya hallyu wave menjadi kebanggaan nasional bagi banyak warga Korea," tutur Prof. Kim.

Di sisi lain, soft power Korsel yang berasal dari hallyu wave tidak memiliki dampak pada kebijakan internasional Korsel. Ia mencontohkan mengenai kasus 'Comfort Women' yang terus menjadi perselisihan antara Korea Selatan dan Jepang, meski hallyu sangat populer di negara tersebut. Begitu juga hubungan diplomasi antara Korsel dan China yang kerap kali berselisih, meski basis penggemar K-Pop juga besar di sana.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Idrus Fahmi

Sumber: Idrus Fahmi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X