SEWAKTU.com -- Seringkali kita mendengar istilah tidur orang puasa adalah ibadah. Pernahkan mendengar? Ketika memasuki bulan suci Ramadhan seringkali dimanfaatkan umat Muslim untuk banyak meraih keberkahan menjalankan ibadah secara sempurna.
Tantangan fisik selama berpuasa Ramadhan pun diuji, di antaranya menahan lapar dan haus, tubuh juga lebih terasa kurang berenergi.
Dengan itu, ada sebuah hadis populer mengatakan, “tidur nya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.”
Benarkah tidur orang puasa ibadah? Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah, Agus Tri Sundani menuturkan bahwa kandungan maknanya, di luar perdebatan dan matan hadis terkait unsur kesahihannya.
Baca Juga: Tata Cara dan Bacaan Doa Mandi Wajib Sebelum Puasa, Lakukan Agar Puasa Diterima Allah SWT
Dirinya menjelaskan bahwa makna hadis tidur orang puasa ibadah atas bisa jadi benar jika niatnya benar. Akan tetapi, beraktivitas di bulan suci Ramadhan kata dia lebih afdhal dibanding tidur.
“Memang ada ungkapan tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Kalau tidurnya dalam rangka menghindari dari perbuatan yang sia-sia atau maksiat, oleh karenanya bisa jadi ibadah.
Namun jika tidurnya hanya untuk menghilangkan kepayahan, mengulur waktu menunggu waktu buka, itu namanya menyia-nyiakan. Sebenarnya ya boleh-boleh saja tidur, tapi tinggal niat tidurnya tadi,” ulas Agus seperti dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, Senin 4 Maret 2022.
Baca Juga: Sampaikan Ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, Jokowi: Mohon Maaf Lahir Batin
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa arti puasa secara rukun adalah niat dan imsak, yaitu menahan diri dari segala hal yang merusak atau membatalkan puasa, bukan sekadar makan dan minum saja.
“Bulan Ramadhan itu adalah bulan yang istimewa di mana seluruh amal perbuatan ditingkatkan balasan atau pahalanya, bahkan Allah sendiri yang membalas kebaikan pahala dari ibadah puasa itu,” terangnya.
Agus membeberkan bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW, momen puasa jadi momen perjuangan melakukan perang.
“Jadi kalau di masa Rasulullah SAW, justru puasa itu sebagai momen untuk perjuangan di mana melakukan aktivitas perang di waktu itu. Bahkan kalau kita menarik konteksnya pada saat ini, lebih baik kita melakukan aktivitas kerja yang produktif daripada tidur," tuturnya.
"Karena kerja itu sendiri adalah bagian daripada ibadah yang jika dilaksanakan di bulan Ramadan, tentu pahalanya akan lebih banyak lagi daripada tidur,” jelas Agus.***