SEWAKTU.com - Seorang anggota parlemen Belanda, Esther Ouwehand, memicu perdebatan di ruang sidang setelah tampil dengan busana bernuansa bendera Palestina dalam rapat anggaran pada Kamis (19/9/2025). Ouwehand, yang juga menjabat sebagai pemimpin Partai untuk Hewan, diminta meninggalkan ruang sidang oleh Ketua DPR, Martin Bosma. Bosma, yang berasal dari partai sayap kanan, menekankan bahwa anggota parlemen seharusnya mengenakan pakaian yang netral. Keputusan itu diambil setelah sejumlah pimpinan partai lain menyampaikan keberatan terhadap penampilan Ouwehand.
Meski demikian, Ouwehand menolak untuk langsung mematuhi perintah tersebut. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak melanggar aturan tertulis karena parlemen Belanda sendiri tidak memiliki ketentuan resmi mengenai kode berpakaian. Menurutnya, keputusan Ketua DPR sepenuhnya bersifat subjektif. Setelah menyampaikan keberatan, Ouwehand memilih keluar dari ruang sidang sebagai bentuk protes.
Tak lama berselang, ia kembali hadir dengan mengenakan blus bermotif semangka, sebuah simbol yang sejak lama dipakai sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina. Motif semangka kerap digunakan aktivis internasional karena bendera Palestina sering dilarang ditampilkan di beberapa negara. Dengan busana barunya itu, Ouwehand diizinkan mengikuti jalannya rapat tanpa perdebatan lebih lanjut dan tetap menyampaikan pandangannya terkait agenda sidang.
Insiden ini cepat menyebar di media sosial setelah rekaman videonya beredar luas. Banyak pengguna mengapresiasi sikap Ouwehand yang dianggap berani menentang aturan tidak tertulis dan tetap menunjukkan solidaritas politiknya. Bagi sebagian kalangan, tindakannya mencerminkan sikap tegas seorang politisi yang tidak takut menghadapi risiko demi menyuarakan prinsipnya.
Selain Ouwehand, aksi simbolis juga terlihat dalam rapat anggaran yang sama. Pemimpin Partai Denk, Stefan van Baarle, tampak mengenakan pin bergambar bendera Palestina. Sementara itu, anggota dari partai petani BBB menunjukkan sikap berbeda dengan mengenakan pita kuning sebagai tanda dukungan terhadap sandera Israel. Perbedaan simbol ini memperlihatkan bagaimana konflik internasional turut mewarnai dinamika politik di parlemen Belanda.
Ouwehand sendiri menegaskan bahwa keputusannya menggunakan pakaian bernuansa Palestina bukanlah soal gaya busana, melainkan bentuk protes politik. Ia menilai sikap Pemerintah Belanda yang enggan menyebut serangan Israel di Gaza sebagai genosida tidak bisa dibiarkan begitu saja. Melalui unggahan di akun media sosialnya, ia menulis bahwa selama pemerintah tidak mau bertindak, maka menjadi tugas para anggota parlemen untuk terus menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Perdebatan mengenai aturan berpakaian di parlemen Belanda pun kembali mencuat. Karena tidak adanya regulasi resmi, keputusan sepenuhnya berada di tangan Ketua DPR, yang kerap menimbulkan polemik. Insiden yang melibatkan Ouwehand menjadi contoh terbaru bagaimana isu internasional dapat memicu ketegangan politik domestik, sekaligus menegaskan peran simbol dalam ruang demokrasi.
Artikel Terkait
Sambut Berkah Idul Adha, MTXL Axiata Fasilitasi Penyaluran Hewan Kurban ke Seluruh Indonesia dan Palestina
SADIS! Tentara Israel Gunakan Anjing untuk Serang Lansia di Palestina, Korban Alami Luka Serius
Rakyat Palestina Tengah Menderita, 5 Tokoh Muda NU Malah Bertemu dengan Presiden Israel
Lawatan Menteri Pariwisata & Kepurbakalaan Palestina Lewat GAMKI, Ajak Masyarakat Indonesia Berwisata Religi Ke Palestina
Serangan Udara Israel di Tepi Barat Tewaskan 20 Warga Palestina, Balita Ikut Jadi Korban!