SEWAKTU.com -- Partai Komunis Indonesia atau PKI, adalah entitas politik yang telah menorehkan babak kelam dalam sejarah Indonesia sejak awal kemerdekaannya.
Identitas gerakan ini yang terkait dengan kekerasan telah menjadi bagian dari rekam jejak kelam Indonesia hingga saat ini.
Tujuan utama gerakan PKI adalah untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia serta mengganti landasan negara yang ada. Dua tokoh yang sering kali disebut sebagai otak di balik gerakan ini adalah Amir Syarifuddin dan Muso.
Peristiwa aksi PKI di Madiun tidak lepas dari jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin, yang disebabkan oleh kesepakatan perjanjian Renville.
Baca Juga: NASIB DERAJAT OLENG, PREMAN LEGENDARIS YANG BERHASIL MENGHABISI PETRUS Tahun 1982
Dalam perjanjian tersebut, wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya terbatas pada Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera.
Jatuhnya kabinet ini membuka jalan bagi kembalinya Muso dari Uni Soviet, yang kemudian bergabung dengan Amir Syarifuddin untuk melakukan propaganda di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
PKI mulai mengintimidasi warga, terutama kalangan ulama, dengan tujuan memuluskan rencananya. Pesantren menjadi sasaran utama PKI karena dianggap memiliki pengaruh yang kuat.
Kiai dan Santri dianggap sebagai ancaman, sehingga beberapa pesantren di Jawa Timur menjadi target kekerasan PKI.
Di tengah situasi ini, muncullah sosok Kyai Subro, seorang ulama yang teguh dalam keyakinannya. Meskipun pesantrennya dikepung oleh PKI, Kyai Subro bersama para santrinya bersikeras untuk tidak bergabung dengan gerakan tersebut. Mereka memilih untuk melawan, meskipun hal itu membawa risiko besar bagi keselamatan mereka.
Baca Juga: Keluarga Hary Tanoesoedibjo Gagal ke Senayan Sampai Suara Prabowo-Gibran Capai 64 Juta
Ketika PKI datang menyerbu pesantren, terjadi pertempuran sengit. Para santri bersama Kyai Subro bertempur dengan gagah berani, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Nyai Rahma, istri Kyai Subro, dan putri mereka, Husna, juga terlibat dalam peristiwa tersebut, menunjukkan keteguhan dan keberanian yang luar biasa.
Ketika pertempuran semakin memanas, muncullah sosok Toha, seorang remaja desa yang pada awalnya dicurigai sebagai mata-mata PKI.