Ketegangan semakin memuncak ketika krisis ekonomi, politik, dan sosial melanda Indonesia pada tahun 1998. Prabowo dipecat dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad setelah dianggap gagal mengatasi aksi mahasiswa yang menduduki Gedung DPR/MPR.
Perpisahan Prabowo dan Titiek tidak hanya dipicu oleh tekanan politik dan krisis ekonomi, namun juga oleh perbedaan pandangan antara keluarga mereka.
Meskipun tidak ada konfirmasi resmi mengenai perceraian mereka, pesan yang dikabarkan berasal dari Soeharto pada tahun 1998 menyebutkan bahwa Prabowo harus menjadi "setara" dengannya jika ingin mempertahankan hubungan dengan Titi.
Setelah perpisahan itu, Prabowo dan Titi memilih jalur yang berbeda dalam hidup mereka. Prabowo terjun ke dunia politik dan mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), sementara Titik fokus pada bisnis dan juga aktif dalam politik.
Meskipun berpisah, keduanya tetap menjaga hubungan baik dan saling mendukung dalam karier politik mereka.
Meskipun politik pernah memisahkan mereka, namun kini politiklah yang kembali mempertemukan mereka sebagai pengurus Partai Gerindra dan calon legislatif yang aktif.