Bahasa Suryani memang ada dan merupakan bagian dari bahasa Aram yang dituturkan oleh orang yang hidup di kawasan Suriah dan sekitarnya sebelum era Islam. Bahasa ini menjadi bahasa suci orang Kristen Ortodoks di Suriah.
Tetapi, ortografi huruf yang diperkenalkan oleh Mama Gufron sangat berbeda dengan huruf Suryani asli. Bahasa Suryani asli terbagi menjadi tiga dialek: serto (dialek Barat), madhaya (dialek Timur), dan estrangelo (dialek klasik).
Huruf-huruf yang diperkenalkan oleh Mama Gufron lebih mirip dengan alfabet okultisme, yaitu huruf-huruf yang digunakan dalam komunitas sihir atau tradisi esoterik untuk kebutuhan spiritualisme mistik.
Huruf-huruf ini sering digunakan dalam jimat, mantra, dan sigil. Ada kemungkinan bahwa huruf-huruf mistik ini dipengaruhi oleh tradisi mistik Yahudi kabbalah, yang menggunakan huruf-huruf seperti malakim (huruf-huruf malaikat).
Kitab Sefer Raziel HaMalach dalam tradisi Yahudi kabalah adalah contoh dari penggunaan huruf-huruf mistik.
Malaikat Raziel dikenal dalam tradisi Yahudi sebagai malaikat yang mengajarkan ilmu hikmah kepada manusia. Huruf-huruf dalam kitab ini dianggap sebagai tulisan makhluk langit atau tulisan malaikat.
Tradisi mistik Islam dan Yahudi sering saling mempengaruhi, dengan huruf-huruf mistik yang digunakan dalam kitab-kitab mistik Islam kemungkinan besar dipengaruhi oleh huruf mistik Yahudi kabbalah.
Berdasarkan analisis ortografi dan tradisi mistik, bahasa Suryani yang diklaim oleh Raden Ghufron tampaknya adalah bahasa buatan sendiri yang terinspirasi oleh huruf-huruf mistik dari tradisi Yahudi kabbalah.
Meski demikian, klaim ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam bahasa Suryani yang sebenarnya.
Fenomena ini mengingatkan kita untuk selalu kritis dan mencari kebenaran dalam setiap klaim yang diajukan, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan mistik dan kesaktian.