Stadion yang berlokasi di Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur ini dibangun untuk PON XVII tahun 2008 dengan kapasitas 35.000 penonton.
Meskipun berdiri megah dan memiliki desain modern, stadion ini mulai terlantar setelah PON selesai, karena tidak ada klub yang menjadikannya sebagai markas.
Salah satu penyebabnya adalah lokasi yang jauh dari pusat kota dan akses yang kurang memadai. Akibatnya, klub lokal Borneo FC memilih Stadion Segiri yang lebih dekat dengan pusat kota.
Kini, kondisi Stadion Palaran semakin memprihatinkan, dengan kursi yang rusak, rumput lapangan tidak terawat, dan tumbuhan liar yang memenuhi area stadion.
4. Stadion Lakidende, Kendari
Stadion ini terletak di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dan direncanakan memiliki kapasitas 25.000 penonton.
Pembangunan stadion terhenti setelah menyerap anggaran Rp28 miliar karena adanya sengketa lahan dan dugaan korupsi. Akibatnya, bangunan stadion terbengkalai, dipenuhi lumut, dan ditumbuhi semak-semak liar.
Baca Juga: Mengenal Sosok Annette Liana Dewi, Aspri Cantik Prabowo yang Sudah Mengabdi 20 Tahun
Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai kelanjutan pembangunan Stadion Lakidende.
Kasus ini mencerminkan bagaimana buruknya pengelolaan proyek infrastruktur akibat praktik korupsi yang menghambat penyelesaian stadion.
5. Banten International Stadium
Banten International Stadium baru saja diresmikan pada Mei 2022 dengan anggaran sebesar Rp874 miliar. Sayangnya, setelah lebih dari setahun, stadion ini belum pernah digunakan untuk acara besar, termasuk pertandingan sepak bola resmi.
Meskipun memiliki fasilitas berstandar internasional, stadion ini tetap sepi karena akses jalan yang buruk, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan kemacetan.
Rencana dua klub, RANS Nusantara FC dan Dewa United FC, untuk menjadikan stadion ini sebagai kandang mereka batal karena masalah infrastruktur.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan fasilitas megah perlu diimbangi dengan kesiapan akses dan perawatan yang memadai.