SEWAKTU.com -- Pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, mengeluarkan pernyataan mengenai serangan pesawat tak berawak Israel yang terjadi di wilayah pinggiran Sidon, Lebanon.
Insiden tersebut melibatkan beberapa anggota pasukan perdamaian yang baru saja tiba di lokasi, dengan lima di antaranya dilaporkan terluka. Kelima personel ini mendapatkan perawatan dari Palang Merah Lebanon di tempat kejadian dan dipastikan akan melanjutkan tugas mereka setelahnya.
PBB mengingatkan seluruh pihak untuk menghindari tindakan yang dapat membahayakan keamanan pasukan penjaga perdamaian maupun warga sipil. Organisasi itu juga menegaskan pentingnya menyelesaikan konflik melalui meja perundingan, bukan melalui kekerasan.
Baca Juga: Closing Statement Menyentuh Eka Maulana Diujung Debat Pilwalkot Bogor 2024: Doakan Kami Amanah, Istiqomah Dijalan Lurus
Dampak serangan tersebut mengakibatkan beberapa kendaraan hancur di pos pemeriksaan Awali akibat serangan pesawat tak berawak. Wartawan Al Jazeera melaporkan bahwa serangan itu menjadi ironi karena Israel sering kali memerintahkan evakuasi warga Lebanon ke wilayah utara Sungai Awali, namun kini justru menargetkan jalur vital di daerah tersebut.
Serangan semalam itu menjadi insiden serius bagi Lebanon dan pemerintahannya. Saat ini, hanya maskapai Middle East Airlines (MEA) yang masih mengoperasikan penerbangan keluar-masuk Bandara Internasional Beirut-Rafic Hariri, sementara sebagian besar maskapai lainnya telah menangguhkan layanan untuk sementara waktu.
Muncul kekhawatiran bahwa bandara tersebut dapat menjadi sasaran serangan berikutnya, yang berpotensi mengakibatkan penutupan total jika terjadi kerusakan.
Baca Juga: Hati-Hati Teman Palsu! 6 Perilaku Ini Menunjukkan Ketidaksukaan Orang Lain terhadap Kamu
Mengenal UNIFIL
UNIFIL, bersama pengamat teknis tak bersenjata UNTSO, telah lama berada di Lebanon selatan untuk memantau ketegangan di sepanjang garis demarkasi yang disebut Garis Biru, memisahkan wilayah Lebanon dan Israel.
Dengan sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian, UNIFIL bertugas menjaga perdamaian dan mengawasi gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Didirikan pada 1978, UNIFIL awalnya bertugas mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon setelah invasi sebagai tanggapan atas serangan dari kelompok Palestina. Israel tetap menduduki wilayah Lebanon selatan hingga tahun 2000, kemudian menarik diri dengan sertifikasi dari PBB.
Meski demikian, Lebanon masih mengklaim bahwa Shebaa Farms adalah bagian dari wilayahnya, bukan dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Peran UNIFIL semakin diperluas setelah konflik satu bulan antara Hizbullah dan Israel pada 2006. Perang tersebut diakhiri dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menuntut penghormatan terhadap batas wilayah dan perlucutan senjata semua kelompok bersenjata di Lebanon.
(Muhammad Fikri Hudzaifi)