SEWAKTU.com — Dua insiden pendaki asing terjatuh dalam dua minggu terakhir di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, mendorong Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk bertindak tegas.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, mengeluarkan peringatan keras kepada seluruh pengelola destinasi wisata ekstrem di Indonesia agar memperketat pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP).
“Insiden ini mengingatkan kita bahwa setiap destinasi wisata ekstrem mengandung risiko serius yang tak boleh diabaikan,” ujar Widiyanti seperti dikutip Sewaktu.com dari ANTARA, Senin (30/6).
Baca Juga: Olla Ramlan Akui Sedang Pacaran dengan Duda Muda, Mantan Suami Ria Ricis?
Sebagai bentuk respons konkret, Kemenparekraf berencana mendorong dilakukannya audit menyeluruh terhadap semua operator wisata, termasuk pemandu dan porter yang beraktivitas di kawasan wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Audit tersebut mencakup aspek kesiapan keselamatan, kemampuan tanggap darurat, serta protokol komunikasi krisis.
Tak hanya itu, para pemandu wisata juga diwajibkan mengikuti pelatihan ulang untuk memastikan mereka siap menghadapi situasi berisiko tinggi, mulai dari prosedur evakuasi darurat hingga penanganan medis awal.
Langkah ini diambil menyusul insiden yang menimpa dua warga negara asing.
Kasus pertama terjadi pada Jumat, 20 Juni 2025, ketika Juliana Marins, pendaki asal Brasil, dilaporkan terjatuh ke lereng Gunung Rinjani hingga kedalaman sekitar 600 meter saat mendaki ke puncak.
Tim SAR menemukan Juliana dalam kondisi meninggal dunia.
Beberapa hari kemudian, nasib serupa nyaris dialami oleh Nazli bin Awang Mahat, pendaki asal Malaysia.
Saat menuruni jalur puncak, ia tergelincir hingga jatuh ke jurang sedalam 200 meter.
Beruntung, Nazli berhasil diselamatkan oleh tim pendakian dibantu Basarnas.