SEWAKTU.com - Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi kembali menjadi sorotan setelah menggelar rapat dengan para ajudannya pukul 3 pagi di kediamannya di Tokyo, Jumat dini hari.
Beberapa jam kemudian, Takaichi langsung menghadiri sidang Parlemen, memicu kritikan luas terhadap gaya kerjanya yang dianggap ekstrem dan membebani staf.
Insiden tersebut diberitakan media Jepang sebagai “sesi belajar pukul 3 pagi”, sebuah praktik yang memperbarui diskusi nasional terkait budaya kerja berlebih di Jepang yang selama bertahun-tahun dikaitkan dengan fenomena karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan.
Rapat tersebut terjadi sebelum sidang rapat anggaran yang digelar pukul 9 pagi. Banyak pihak menilai keputusan Takaichi tidak hanya melewati batas profesional, tetapi juga memberi tekanan tidak perlu kepada staf pemerintah.
Mantan Perdana Menteri Yoshihiko Noda mengecam keputusan itu dengan menyebutnya sebagai tindakan “gila”.
Baca Juga: Gelar Rapat Pukul 3 Pagi, PM Jepang Sanae Takaichi Dikecam
Ia menyatakan bahwa selama menjabat, hari kerjanya baru dimulai pada pukul 6 atau 7 pagi waktu yang dianggap lebih wajar.
"Bekerja keras terserah dia, tapi jangan libatkan orang lain. Semua orang sedang tidur pada waktu itu,” kata Noda dalam komentarnya yang dikutip media lokal.
Kritik tersebut dengan cepat bergema di ruang publik Jepang, terutama di kalangan aktivis dan keluarga korban karoshi yang sejak lama menyerukan pembatasan jam kerja ekstrem.
Menanggapi kritik, Takaichi memberikan penjelasan resmi di Parlemen. Ia menyebut mesin faks di kediamannya mengalami gangguan teknis sehingga ia perlu menuju kediaman resmi perdana menteri untuk meninjau ulang materi pengarahan menjelang sidang penting.
Takaichi mengatakan kegiatan dini hari itu “menyebabkan ketidaknyamanan” bagi stafnya, tetapi menegaskan bahwa pertemuan tersebut perlu dilakukan untuk memperbaiki bahan jawaban bagi anggota parlemen.
Meski gelombang kritik meluas, sejumlah politisi Partai Demokrat Liberal (LDP) menyatakan bahwa kritik publik terlalu berlebihan.
Mereka menyalahkan anggota parlemen oposisi yang mengirimkan pertanyaan rapat terlalu larut malam, sehingga staf harus menyiapkan jawaban dengan cepat.
Beberapa pemimpin bisnis juga ikut membela Takaichi.