news

Rapat Subuh Perdana Menteri Jepang Tuai Kritik Keras Publik

Jumat, 14 November 2025 | 18:06 WIB
Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memicu kontroversi usai menggelar rapat pukul 3 pagi di Tokyo. Foto: Istimewa.

Kenji Koshio, CEO perusahaan elektronik kecil di Kobe, mempertanyakan alasan masyarakat mempermasalahkan tindakan tersebut.

"Tentara, polisi, pemadam, tenaga medis bekerja 24 jam. Mengapa tidak Perdana Menteri Jepang?” tulisnya dalam blog.

"Berhentilah bersikap lemah dan hargai orang-orang yang bekerja keras untuk rakyat Jepang.”

Baca Juga: Rujukan BPJS Dirombak, Pasien Tak Perlu Lompat-lompat RS

Pernyataan itu menunjukkan adanya perpecahan pandangan antara mereka yang mendukung budaya kerja tradisional Jepang dan mereka yang ingin perubahan.

Polemik ini muncul saat pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan pelonggaran aturan batas lembur yang diberlakukan pada 2019 setelah kematian tragis pekerja muda Dentsu, Matsuri Takahashi, akibat jam kerja ekstrem.

Takaichi sendiri mendukung pelonggaran sebagian aturan lembur dengan alasan lembur menjadi sumber pendapatan penting bagi sebagian pekerja. Namun ia juga menekankan penolakannya terhadap lembur yang membahayakan kesehatan.

Kontroversi rapat dini hari ini memperkuat kekhawatiran kelompok pro-reformasi bahwa pelonggaran batas lembur berisiko memperburuk kultur kerja ekstrem.

Tiga Minggu Pertama Masa Jabatan yang Super Padat

Takaichi memang dikenal sebagai figur dengan etos kerja tinggi. Dalam kampanye terakhirnya, ia berulang kali mengatakan akan “bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja”—sebuah slogan yang menuai kritik dari keluarga korban karoshi.

Dalam tiga minggu pertama menjabat, Takaichi telah melalui agenda padat:

  • Menjamu mantan Presiden AS Donald Trump,
  • Menghadiri pertemuan dengan pemimpin Malaysia dan Korea Selatan,
  • Serta mengikuti berbagai sidang Parlemen dalam tempo cepat.

Baca Juga: Profil Lengkap Gus Elham Yahya Usai Videonya Viral di Media Sosial

Rangkaian aktivitas yang padat ini menambah sorotan pada gaya kepemimpinan yang dianggap sebagian kalangan terlalu ekstrem.

Shigeaki Koga, mantan pejabat ekonomi, menilai ritme kerja Takaichi mungkin mencerminkan tuntutan berat seorang pemimpin negara. Namun ia menekankan pentingnya batas sehat yang harus dijaga.

"Mungkin mustahil bagi pemimpin modern mendapatkan istirahat cukup,” katanya. “Tapi membebani staf adalah hal yang harus dihindari.”

Halaman:

Tags

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB