SEWAKTU.com -- Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesingh mengatakan ekonomi negaranya telah "runtuh" karena tidak ada uang untuk membayar makanan dan bahan bakar.
Kurangnya uang tunai untuk membayar impor yang dibutuhkan ini dan kegagalan untuk membayar utang sebelumnya telah mendorong Sri Lanka untuk mencari bantuan dari tetangga seperti India dan China, serta Dana Moneter Internasional.
Berikut beberapa fakta Sri Lanka bangkrut yang dirangkum Sewaktu.com, Senin 18 Juli 2022:
1. Salah Urus
Para Ekonom menilai krisis berawal dari faktor domestik, seperti salah urus (mismanagement) selama bertahun-tahun dan korupsi.
Sebagian besar kemarahan publik dipusatkan pada Presiden Gotabaya Rajapaksa dan saudaranya, mantan perdana menteri Mahinda Rajapaksa.
Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri Mei lalu setelah demonstrasi anti-pemerintah selama berminggu-minggu yang akhirnya bergulir menjadi aksi kekerasan. Demikian dilansir dari VOA Indonesia.
Baca Juga: Sejarah: Presiden Sri Lanka Kabur, Ir Soekarno Keluar Istana Negara Cuma Bawa Bendera Merah Putih
2. Utang Melonjak
Beberapa tahun terakhir situasi ini semakin memburuk. Bom bunuh diri di gereja dan hotel saat perayaan Paskah tahun 2019 menewaskan lebih dari 260 orang. Insiden ini menghancurkan pariwisata, yang merupakan sumber utama devisa.
Melonjaknya utang luar negeri untuk proyek infrastruktur besar membuat pemerintah berupaya meningkatkan pendapatannya. Salah satunya dengan mendorong pemotongan pajak terbesar dalam sejarah Sri Lanka.
Pemotongan pajak ini baru diubah setelah kreditur menurunkan peringkat Sri Lanka, yang menghalangi negara ini untuk meminjam lebih banyak urang karena merosotnya cadangan devisa. Pandemi juga membuat dunia pariwisata Sri Lanka merosot.
3. Melarang Impor
Pada April 2021, Rajapaksa secara tiba-tiba melarang impor pupuk kimia. Dorongan untuk pertanian organik mengejutkan para petani dan menghancurkan tanaman padi, yang menjadi tanaman pokok di Sri Langka.