Harga-harga kebutuhan pun mulai melonjak. Untuk menghemat devisa, impor barang lain yang dianggap sebagai barang mewah juga dilarang.
Baca Juga: Daftar 9 Negara Terancam Bubar Seperti Sri Lanka karena Utang dan Krisis Ekonomi, No.2 Gak Disangka
4. Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia di Ukraina sejak Februari 2022 mendorong harga pangan dan BBM lebih tinggi lagi. Kementerian Keuangan Sri Lanka mengatakan negara itu hanya memiliki cadangan devisa yang dapat digunakan sebesar 25 juta dolar.
Hal ini membuat negara itu tidak memiliki kemampuan untuk membayar impor, apalagi membayar miliaran utang.
5. Nilai Ruppe Melemah
Nilai rupee Sri Lanka melemah menjadi 360 rupee per dolar Amerika. Hal ini membuat biaya impor menjadi lebih mahal.
Sri Lanka telah menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri bernilai sekitar tujuh miliar dolar yang jatuh tempo tahun ini, dari 25 miliar dolar yang harus dilunasi pada tahun 2026.
Sejauh ini India telah memberikan kredit empat miliar dolar. Delegasi India telah datang ke Kolombo bulan Juni lalu untuk membicarakan lebih banyak bantuan.
Tetapi Wickremesinghe memperingatkan agar negara itu tidak terlalu bergantung pada India.
“Sri Lanka menggantungkan harapan terakhir pada IMF,” demikian judul berita utama suratkabar Colombo Times.
Baca Juga: Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Mau Kabur, Ditahan Pihak Imigrasi Bandara di Negaranya Sendiri
6. Berunding dengan IMF
Pemerintah memang sedang berunding dengan IMF untuk rencana menerima dana talangan, di mana Wickremesinghe mengatakan kesepakatan awal sedianya tercapai pada awal musim panas ini.
Sri Lanka juga telah meminta bantuan dari China. Beberapa negara, antara lain Amerika, Jepang dan Australia juga telah memberi dukungan beberapa ratus juta dolar.