SEWAKTU.com -- Sebelum sidang putusan Ria Ricis dan Teuku Ryan, muncul berbagai fakta baru terkait penyebab dan alasan menggugat.
Salah satu sorotan masyarakat adalah alasan mendapatkan "nafkah batin" dari seorang suami, menurut perspektif seorang ibu.
Seberapa penting nafkah batin bagi seorang perempuan? Apakah bisa mempengaruhi psikologisnya atau bagaimana? Begini penjelasan psikiater Mintarsih.
Menurut Mintarsih, nafkah batin relatif bagi setiap masing-masing. Ada yang menganggapnya cukup, ada yang merasa kurang.
Baca Juga: Terungkap Teuku Ryan Pernah Ngambek Gak Punya Duit, Akhirnya Ria Ricis Transfer Rp500 Juta
"Jadi, tidak adil menilai hanya dari satu segi. Pentingnya nafkah batin tergantung pada penerimaannya. Keinginan istri untuk mendapatkan perhatian lebih dari suami bisa menjadi faktor penyebab dalam menggugat." katanya.
Namun, bagaimana kompromi dalam hal ini? Jika suami tidak mampu memberikan nafkah batin yang diinginkan, bagaimana cara menyelesaikannya?
Ini menjadi pertanyaan sulit karena relatif bagi setiap pasangan. Pentingnya kesadaran dan kemampuan suami untuk bersikap bijak dalam memperlakukan istri dan mengatasi permasalahan tersebut.
Selain itu, faktor lain seperti ketimpangan ekonomi juga bisa mempengaruhi. Jika penghasilan istri lebih besar, wajar jika dia membantu suami.
Namun, toleransi dan kesadaran atas peran istri sebagai pekerja dan pendamping juga penting. Pada akhirnya, ada keseimbangan yang harus dicapai antara pasangan.
Dalam konteks pengadilan, ketika penghasilan suami tidak mencukupi, dia tetap diwajibkan memberikan nafkah.
Jumlahnya harus disesuaikan dengan kemampuannya. Begitu juga dengan perhatian suami terhadap anak-anak. Ini bisa berdampak pada psikologis anak, tetapi juga bergantung pada bagaimana situasi tersebut diterima oleh istri.
Ketika melihat berbagai faktor ini, terlihat bahwa tidak ada jawaban pasti atau solusi tunggal.