Karena itu, tanamkanlah Islam dalam jiwa kita! Matilah untuk Islam dan berislamlah sampai mati! Bekerjalah jika dalam pekerjaan itu ada agama Allah Ta’ala! Tinggalkanlah pekerjaan itu kalau di situ tidak ada Allah!
Baca Juga: Fakta Menarik Dari Kisah Muezza, Salah Satu Kucing Kesayangan Rasulullah SAW
Sebab, walau kelihatannya penuh kenikmatan, tetapi sesunguhnya itu adalah fatamorgana yang menipu. Walau kurang duitnya, walau kurang secara materi, kalau di situ ada Islam, bertahanlah! Bersabarlah! Sungguh itu adalah jembatan menuju surga. Bukankah kita sering membaca Ayat Kursi, bahwa milik Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi ini? (bachtiar nasir, 2016)
Yakinilah Islam sebagai agama yang haq, lalu yakinkah juga kepada anak-anak kita. Dalam kondisi anak-anak tersadar, atau tidurnya sekalipun, usap kepalanya, lalu bisikkan bahwa Islam adalah kebenaran.
Peluk dalam tidur dan bangunnya, lalu bisikkan ke dalam jiwanya, “ini anak ayah yang saleh, ini anak ayah yang ahli takwa, siap mati dalam membela kebenaran, siap mati demi Islam, walu jiwa dan harta harus dikorbankan.” Dalam sayup-sayup, bisikkan itu, insya Allah akan terdengar oleh jiwanya.
Baca Juga: Fakta Menarik Dari Kisah Muezza, Salah Satu Kucing Kesayangan Rasulullah SAW
Sebelum anak-anak berangkat ke sekolah, peluk dan beri motivasi, “Kamu harus rajin sekolah, Nak! Tetapi lebih hebat lagi kamu harus rutin baca Al Quran, karena itu adalah sumber ilmu. Kamu di sekolah harus punya nilai memuaskan, tetapi yang lebih penting harus khatam Al-Qur’an sebelum tamat sekolah.
Kamu memang harus hafalkan rumus-rumus matematika dan fisika, tetapi jauh lebih penting lagi adalah menghafalkan ayat-ayat Al Quran. Hafalakan rumus-rumus Allah yang akan membuatmu bahagia di dunia dan di akhirat!”
Baca Juga: Ramai Dicap Pelakor! Thalita Latief Sebut Inilah Beratnya Menyandang Status Janda
Yakinkan kepada diri sendiri, kepada suami atau istri, bahwa dunia itu penting, tetapi Akhirat jauh lebih penting. Pendidikan itu penting, tetapi agama lebih penting. Jangan terbuai bualan para pembual, bahwa hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat. Yang benar adalah kejarlah akhiratmu, duniamu pasti mengikutinya. Bekerjalah untuk ibadah, bukan beriibadah di sisa-sisa waktu.
Jangan terkecoh oleh para pengecoh, bahwa surga tidak perlu dikejar. Padahal, dikejar saja belum tentu dapat kalau hanya mengandalkan ibadah dan amal saleh. Kejarlah surga dengan keyakinan bahwa Allah pasti memberikan rahmat dan ridha-Nya, dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta mengikuti (ittiba’) Rasulullah. (Bachtiar Nasir, 2016)***