Contohnya dalam ayat berikut, Katakanlah, Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendak . Di tangan Engkaulah segala kebjikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu,(Ali Imran [3]:26)
Kemudian, asma Al Mulk juga terkadang dengan kata al-malakut,sebagaimana dalam ayat, Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya malakut (kekuasaan) atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan (Yasin [36]: 83).
Namun, makna Al Malakut lebih kuat dari Al Mulk. Begitu juga makna Al Malik lebih kuat daripada makna al-Malik sebagaimana dalam ayat,di tempat yang disenangi di sisi Malik (Raja) Yang Berkuasa (Al-Qamar [54]:55).
Baca Juga: Boyband Korea Selatan NCT 127 Comeback Hari Ini dengan Album Repackage Berjudul 'Favorite'
Semua yang dilakukan raja tentu dilatarai oleh kekuatan dan kekuasaan. Apa pun yang dikerjakan dalam kekuasaannya sesuai dengan kehendaknya. Selain itu, raja juga berkuasa untuk apa saja atas apa yang dikuasainya. Allah adalah raja sesungguhnya atas seluruh alam semesta.
Tidak ada apa pun yang terjadi di alam semesta kecuali atas kehendak-Nya. Dia adalah raja hakiki atas seluruh alam semesta. Tidak ada yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Dalam studi semantik Arab, makna al-Malik lebih kuat dari kata al-Malik. Sehingga sebagai al-Malik, Allah adalah raja dalam segala hal. Dialah raja yang sesungguhnya. (Ali Jumah, 2019)
Adapun orang yang digelari raja atau diberi kekuasaan hanya raja secara simbolik. Sementara Allah adalah raja yang tidak butuh apa pun dalam hal apa pun. Termasuk manusia tidak dibutuhkan sedikit pun.
Justru, manusia yang butuh kepada-Nya. Mereka butuh diwujudkan, butuh kelangsungan wujud, butuh rezeki, butuh kehidupan, butuh kematian, dan apa pun yang ada di sisi pengetahuan-Nya. Karena itu, manusia bukan raja yang sesungguhnya. Gelar raja dan kerajaan yang dimilikinya hanya pemberian Allah.
Pemberian itu diberikan-Nya kepada siapa saja, kapan saja, dan bagaimana saja sesuai dengan kehendak-Nya. Tak hanya memberi, Dia pun kuasa untuk mencabutnya. Karena itu, manusia hendaknya malu tatkala nama dzat yang Maha Merajai dan Yang Maha Memberi disebut-sebut. Dia malu tatkala memasukkan nama tuhan lain di hatinya.
Baca Juga: Benar atau Tidak Jika Ada Kata 'Pasangan Adalah Sahabat Terbaik'? Simak Penjelasannya Disini
Malu bila dia mengenal tuhan lain selain Allah. Oleh karena selalu memandang Allah sebagai Raja Yang Mahakuat, maka dia tidak takut atas celaan siapa pun. Apa pun yang dilakukannya hanya karena Allah, tidak melihat siapa pun selain Dia. (Ali Jumah, 2019)
Oleh karena itu marilah kita sering-sering membaca bahkan kalau bisa menghafalkan surat Al-Mulk kapan pun, dimana pun dan dalam kondisi apa pun.
Karena hati kita ini seperti wadah yang menampung, masuknya melalui penglihatan kita sehari-hari, pendengaran kita, hal apa saja yang sering kita dengar, serta kalimat apa yang sering kita ucapkan melalui lisan kita. Itu semua akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita.***