SEWAKTU.com - Saat kita sedang mengalami kondisi keuangan yang terpuruk, biasanya kita mengandalkan teman karib, saudara, orang tua, dan atau lembaga kredit untuk mengutang.
Hidup bak roda yang selalu berputar, tak ubahya kondisi keuangan kita yang terus berubaha-rubah, sehingga ada kalanya posisinya berada di atas puncak dan di bawah.
Meski utang merupakan hal yang dapat memberartkan kita kelak di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad enggan mensalati umatnya yang meninggal masih meninggalkan utang.
Dengan demikian, sekecil dan seberat apapun utang maka wajib dicarikan solusinya untuk kemudian dilunasi sebelu kita menghadap sang Khaliq.
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah; shahih).
Islam mengajarkan kita selain berusaha menyelesaikan utang juga berharap memohon pertolongan Allah SWT, berserah diri kepada-Nya.
Oleh karenanya, Islam memberikan tuntunan berupa doa agar kita istiqomah mengamalkannya agar utang yang kita miliki segera lunas.
Diantara amalan itu adalah:
Pertama, Rasulullah menyarankan, saat seseorang dililit utang, agar sering membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأغْنِني بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِواكَ
[Allâhumma-kfinî bihalâlika ‘an harâmika wa aghninâ bi fadl-lika ‘am man siwâka].