mutiara

Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2022: Hikmah dan Sejarah Kurban

Rabu, 6 Juli 2022 | 17:14 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat. (PIXABAY/apassingstranger)

Baca Juga: Gara-gara Postingan Nindy Ayunda, Nikita Mirzani Cap Kekasih Dito Mahendra Itu Orang Jahat

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
(Q.S. al-Shaffat 37:102)

Nabi Ibrahim pun bermusyawarah dengan Ismail sang anak. Ternyata sang anak menyambut niat ayahnya. “wahai ayahku, kerjakan saja apa perintah Allah; engkau akan menemukanku sebagai orang yang sabar”. Kesabaran dan keteguhan kedua manusia tersebut diuji cukup berat. Bahkan dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, iblis turut menggoda. Agar niat dibatalkan. Agar kurban diurungkan. Agar Ismail diselamatkan. Karena perintah tidak rasional. Tidak humanis. Melanggar hak asasi.

Namun, niat keduanya – atas Izin Allah – justru makin kuat. Yakin akan Kebesaran Allah. Yakin akan Keadilan Allah. Anak hanya titipan. Hidup hanya sementara. Iblis penggoda pun dilempari batu. Bukan hanya sekali; tapi tiga kali. Kejadian monumental ini dikenang dan diabadikan sebagai ibadah lempar jumroh sebanyak tiga kali: Ula, wustho, dan aqobah:

لَمَّا أَتَى إِبْرَاهِيمُ خَلِيلُ اللَّهِ الْمَنَاسِكَ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ الثَّانِيَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدِ الْجَمْرَةِ الثَّالِثَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ
(Al-Mustadrak ‘ala Shahihain lil Hakim 1713; Syi’bu al-Iman 3783; al-Jami’ al-Shahih vol. 10 hlm. 190)

Keduanya pun berserah. Pisau ditajamkan. Pelipis sang anak diletakkan di atas landasan. Nabi Ibrahim berusaha menahan segala kasih sayang; berikut berbagai memorinya bersama sang anak. Sang anak pun demikian. Karena niat dan tekad sudah bulat, kata pamitan pun diucapkan dengan teguh: Usul agar pisaunya tidak dihadapkan ke arahnya; agar ia tidak takut dan kuat jiwanya; agar mukanya dihadapkan ke landasan sembelih, agar tekad ayahnya tidak melemah dan sanggup mengayun pisau:

Baca Juga: Penyanyi Rizky Febian Ngaku Kebelet Mau Nikah, Vincent dan Desta Tertawa

ياَ أَبَتِ أَقْذِفْنِي للوَجهِ كَيْلاَ تنظر إليَّ فَتَرْحَمْنِي، وأَنظرُ أَنا إلى الشَفرة فأَجْزَعْ، ولكن أَدْخِلْ الشَفرة من تحتي، وامْضِ لأمر الله
(Tafsir Thabariy, vol. 21, hlm. 26)

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد

Keteguhan dan kepasrahan tersebut diabadikan dalam al-Qur’an. Sebagai kepasrahan tingkat tinggi dan prima. Taat kepada perintah; meski di luar nalar fikiran manusia. Karena yang memerintah adalah rabb sekaligus ilah-nya. Saat tangan dikuatkan untuk mengayun pisau, bersamaan dengan dirasakannya leher anak yang akan dipotong; pisau yang tajam meluncur. Kuat, pasti, dan disegerakan; agar Ismail tidak menderita.

Tapi yang bersuara adalah kabsy, yakni sejenis kambing yang cukup besar dan mengucur pula darahnya. Yang saat itu pula terdengar “Wahai Ibrahim, Engkau telah membenarkan (mengerjakan) perintah!; demikianlah Kami memberi ganjaran (mengganti Ismail dengan kambing) bagi orang yang berbuat kebaikan”

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ # وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ # قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ # إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ # وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
(Q.S. al-Shaffat 37:103-107)

Nabi Musa pun diperintah berkurban. Yang dijadikan kurban sembelihan adalah sapi; yang mana kala itu melambangkan sesembahan Bani Israil yang dibuat oleh Samiri. Bukan melaksanakan, mereka ‘ngeles’ (berpaling) secara akademis: ‘sapi yang bagaimana? Warnanya apa?’ bahkan setelah ditemukan sapi dengan kriteria tersebut; masih ngeles: ‘sapinya masih meragukan; jangan-jangan bukan sapi ini yang dimaksud! Jangan merasa sapi itu sapi yang paling benar!, yang benar hanya Tuhan!’. Mungkin begitu kira-kira perdebatannya.

Ada ketidakikhlasan. Bahkan hampir-hampir mereka tidak melaksanakannya. Pun dilaksanakan, penuh keberatan dan alasan beragam. Itu saja masih dengan mendongkol di belakang. Kepada nabi Musa. Yang dianggap menghina ritual persembahan sapi emas mereka. Dan hingga sekarang, bani Israil yang sering disebut Yahudi dan Nasrani; memang tidak pernah suka melihat keikhlasan seorang muslim yang berkurban:

Baca Juga: Ternyata Waktu Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi Berbeda, Ustadz Abdul Somad Beri Penjelasannya

Halaman:

Tags

Terkini

Menyambut Ramadhan 2026: Sejarah, Ritual, dan Harapan

Selasa, 23 September 2025 | 18:03 WIB

1 Ramadhan 1447 H Kapan? Simak Perkiraan Puasa 2026

Selasa, 23 September 2025 | 17:44 WIB

Amalan dan Doa Rabu Wekasan 20 Agustus 2025

Selasa, 19 Agustus 2025 | 20:23 WIB