SEWAKTU.com -- Bagaimana asal usul amalan Rebo Wekasan?
Pada hari Rabu terakhir setiap bulan Safar, terdapat amalan khusus yang disebut Rebo Wekasan. Lalu bagaimana kah asal usul amalan Rebo Wekasan? Apakah terdapat dalam syariat Islam?
Dikutip dari NU Online pada Selasa, 20 September 2022, berikut kami rangkum asal usul amalan Rebo Wekasan untuk Anda.
asal usul amalan Rebo Wekasan
Baca Juga: Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Hukum Melaksanakan Shalat Rebo Wekasan 2022, Jadi Harus Bagaimana?
Diketahui, bulan Safar adalah nama salah satu bulan dalam tahun Hijriah berdasarkan penanggalan Qamariyyah.
Uniknya, sebagian orang Arab menyebut bulan Safar najiz, itu karena mereka anggap bulan Safar adalah pembawa sial.
Karena itulah hadits Nabi datang untuk menyanggah mereka:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ
Artinya: Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta, sebagaimana kamu menjauh dari singa." (HR Bukhari dan Muslim).
Mereka merasa sial di hari Rabu itu, yang terdapat pada firman Allah dalam Surat Al Qamar ayat 19.
Jelas ini adalah sebuah kekeliruan. karena Allah berfirman dalam Surat Al Fussilat ayat 16, yang menjelaskan bahwa itu adalah delapan hari dan itu adalah hari-hari sial. hanya saja yang dimaksudkan adalah berlaku untuk kaum 'ad (Jalaluddin As-Suyuthi, al-Syamarikh fi 'ilm al-Tarikh, hlm. 24-25).
Itulah sebabnya para ulama dalam beberapa tulisannya selalu menyandingkan kata Safar dengan al-khair, sebut saja shafar al-khair (Safar yang baik) sebagai bentuk tafa'ul (harapan kebaikan dan optimisme), untuk menepis anggapan kesialan, nahas, atau keburukan yang melekat pada bulan Safar.