SEWAKTU.com, HIJRAH bisa dimaknai sebagai upaya memperbaiki diri ke kehidupan yang lebih baik. Hijrah dalam konteks luas, bisa diterapkan dalam segala keadaan.
Misalnya, meninggalkan pekerjaan yang kurang berkembang ke pekerjaan yang tergambar masa depannya. Meninggalkan kebiasaan salat di rumah dengan salat berjamaah. Dan menghilangkan energi kotor di lidah dengan pembicaraan yang baik. Orang yang hijrah itu meninggalkan keburukan.
Sementara masing-masing diantara kita ini kejelekannya lebih-lebih, buruknya lebih-lebih. Cuma bedanya di sini orang hijrah sejati selalu melihat, “Aku orang buruk, ingin jadi baik”.
Baca Juga: Hijrah Gerbang Kesuksesan
Habib Novel Alaydrus mengatakan, zaman sekarang timbul fenomena, aku kemarin buruk, sekarang sudah baik. Aku kemarin buruk seperti kamu, sekarang aku sudah baik. Tidak seperti kamu, aku kemarin buruk seperti dia, sekarang aku sudah baik, enggak seperti dia, kemudian dilabeli hijrah.
Hal itu ditegaskannya dalam video yang diunggah Instagram @ceramahhabibnovelalaydrus_ Selasa, 23 November 2021.
“Ketika orang lupa melihat keburukannya, sejatinya dia belum hijrah, justru terjun ke dalam kubangan yang luar biasa. Orang yang hijrah itu akan melihat dirinya, selalu dalam keadaan yang menuju kebaikan, dan berjuang meninggalkan keburukan,” jelas Habib Novel.
Baca Juga: Ceramah Ustadz Adi Hidayat: Keutamaan Surah yang Mampu Percepat Doa Agar Diijabah oleh Allah SWT
Dijelaskannya, hijrah yang sejati adalah hijrahnya hati. Hati yang selalu iri jika melihat orang lain sukses, menjadi hati yang ikhlas, hati yang selalu sombong dengan kenikmatan menjadi hati yang egaliter.
Kemudian, hijrah sudah benar kalau hati yang selalu kufur dan berkeluh kesah menjadi hati yang sabar dan syukur. Dan, hati yang keras tidak mau beribadah menjadi hati yang taat menjalankan perintah Allah SWT dan hati yang menaburkan kecintaan semesta.
Baca Juga: Contoh Dosa Besar Sering Dianggap Biasa Dizaman Sekarang, Aib Zina Diumbar, Sholat Ditinggalkan
Habib Novel Alaydrus pun mengatakan melihat orang lain, dia enggak lihat orang lain itu buruk. Dia lihat orang lain itu sebagai teman sama-sama seperjalanan. Lihat teman seperjalanan.
“Masing-masing kita punya keburukan, yuk kita belajar jadi orang yang baik. Nah itulah makna hijrah yang sejati,” tutup Habib Novel Alaydrus. ***