SISI GELAP BRAND TERNAMA UNIQLO, Banyak yang Gak Tahu Pegawai Kerja Keras dan Jam Kerja Tidak Manusiawi

- Rabu, 21 Februari 2024 | 15:32 WIB
Sejarah brand dunia Uniqlo ternyata punya sisi gelap. (Foto/YouTube.)
Sejarah brand dunia Uniqlo ternyata punya sisi gelap. (Foto/YouTube.)

SEWAKU.com -- Dalam gemerlapnya dunia fashion internasional, brand-brand ternama seperti Uniqlo menjadi pusat perhatian, menghadirkan gaya dan status sosial yang memesona.

Namun, di balik keindahan dan keanggunan yang dipamerkan, tersembunyi persoalan yang mendalam terkait isu-isu sosial, lingkungan, dan etika.

Uniqlo, sebagai salah satu brand fashion global, tidak luput dari kontroversi yang merusak reputasinya. Meskipun mengusung konsep "Made for All" dan mengklaim menjunjung tinggi tanggung jawab sosial dan lingkungan, kenyataannya berbeda jauh.

Baca Juga: Titiek Soeharto Bantah Isu Berpisah Dengan Prabowo, Jadi Selama Ini Status Keduanya Apa? Rujuk Pun Dibantah...

Kondisi Kerja di Pabrik-Pabrik Uniqlo

Banyak laporan dan hasil investigasi yang mengungkap kondisi kerja yang keras dan kurang manusiawi di pabrik-pabrik yang memproduksi produk Uniqlo.

Para pekerja dihadapkan pada jam kerja yang sangat padat, lembur yang tidak dibayar, serta hak-hak pekerja yang tidak terpenuhi.

Meskipun Uniqlo melakukan kunjungan rutin ke pabrik, fokusnya lebih pada kualitas produk daripada kesejahteraan pekerjanya.

Kesimpangsiuran dalam Komitmen Sosial dan Lingkungan

Uniqlo dituduh tidak memenuhi komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Meskipun memiliki program perbaikan dan daur ulang produk, masih terdapat kekurangan dalam mengurangi emisi dan transparansi rantai pasokan.

Selain itu, penggunaan bahan hewani seperti bulu angsa dan sutra, meskipun dalam standar tertentu, masih menimbulkan kontroversi.

Baca Juga: Ini yang Dirindukan Masyarakat Dari Era Soeharto, 32 Tahun Memimpin Indonesia Meski Dicap Otoriter dan Koruptor

Kontroversi Produk dan Iklan

Uniqlo juga terjerat dalam kontroversi terkait produk dan iklannya. Larangan produk di pasar Amerika Serikat karena dugaan kerja paksa di Xinjiang, serta iklan yang dianggap sensitif di Korea Selatan terkait sejarah perbudakan seksual dan kerja paksa pada masa perang, menunjukkan kurangnya sensitivitas terhadap isu-isu sosial dan politik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X