SEWAKTU.com - Pendiri OpenAI, Sam Altman, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya ketergantungan anak-anak muda terhadap chatbot kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Dalam sebuah forum diskusi yang digelar baru-baru ini, Altman menyatakan bahwa banyak generasi muda mulai membangun hubungan emosional yang kuat dengan ChatGPT, bahkan menjadikannya sebagai teman yang dipercaya dalam mengambil keputusan penting dalam hidup.
Altman menceritakan bahwa sejumlah pengguna muda mengaku merasa kesulitan membuat keputusan tanpa terlebih dahulu "berkonsultasi" dengan ChatGPT. Bagi sebagian dari mereka, chatbot AI ini tidak hanya dianggap sebagai asisten, melainkan juga sebagai figur yang memahami kehidupan pribadi mereka dan memberikan arahan yang sangat dipercaya.
Fenomena ini dinilai cukup mengkhawatirkan. Ia menekankan bahwa meskipun ChatGPT dapat memberikan masukan yang baik, mengandalkannya sepenuhnya untuk menentukan arah hidup bukanlah hal yang sehat. “Walaupun ChatGPT bisa memberikan saran yang lebih baik dari manusia dalam beberapa kasus, mengambil keputusan hidup berdasarkan arahan AI adalah sesuatu yang terasa salah dan berbahaya,” ungkap Altman.
Baca Juga: Hadapi Era Digital, Erwan Setiawan Dorong Generasi Muda Kuasai Hukum Korporasi dan Teknologi AI
Pengguna Diminta Tak Umbar Hal Pribadi ke ChatGPT
Altman juga menyoroti tren baru di mana ChatGPT digunakan sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati, terutama oleh kalangan muda. Ia menekankan bahwa ChatGPT bukanlah pengganti terapis, pelatih hidup, atau konselor profesional. Dalam kondisi tertentu, informasi yang dibagikan kepada chatbot bisa menjadi objek dalam proses hukum.
Menurutnya, jika seseorang berbicara dengan profesional seperti dokter atau pengacara, maka ada perlindungan hukum terkait kerahasiaan informasi. Namun, hal itu tidak berlaku dalam interaksi dengan chatbot AI seperti ChatGPT. Ia mengingatkan agar pengguna tidak menyampaikan rahasia atau informasi pribadi yang sensitif, karena datanya berpotensi bisa diakses dalam kondisi tertentu.
Altman menegaskan bahwa pihaknya tidak menginginkan data-data rahasia pengguna. Fitur “Chat History Off” memang tersedia bagi pengguna berbayar untuk mencegah data digunakan dalam pelatihan model AI. Namun, ia menggarisbawahi bahwa fitur tersebut belum dapat disamakan dengan perlindungan hukum yang dimiliki oleh hubungan profesional seperti pasien-dokter atau klien-pengacara.
Sementara itu, sejumlah pakar keamanan digital juga mengingatkan bahwa banyak pengguna masih salah kaprah menganggap interaksi dengan chatbot sebagai ruang yang privat. Kenyataannya, privasi dalam AI belum memiliki regulasi yang seketat interaksi manusia dengan tenaga profesional.
Menyadari fenomena ini, Altman dan timnya di OpenAI menyatakan akan terus memantau perkembangan penggunaan AI secara sosial, sekaligus memperkuat perlindungan privasi pengguna. Namun ia tetap menegaskan pentingnya kesadaran pengguna, terutama anak muda, untuk bijak dalam berinteraksi dengan teknologi yang semakin personal ini.
Artikel Terkait
Google Cloud Perkuat Keamanan Siber Indonesia, Hadirkan Layanan Lokal dan Program Literasi AI
Desakan Mundur untuk Tim Cook Menguat, Apple Dinilai Tertinggal dalam Revolusi AI
Meta Rekrut Mantan Pakar Apple, Perkuat Tim AI Superintelligence dengan Investasi Jumbo
Wamen Ekraf Dorong Pembentukan "Laskar AI" demi Masa Depan Teknologi Nasional
Mark Zuckerberg Serius Pimpin Era AI, Investasi Triliunan untuk SDM dan Infrastruktur