Suara Santri Menggema, LBH Ansor Tegur Soal Tayangan Xpose di Trans7

- Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:48 WIB
Boikot Trans7 menggema di media sosial usai kontroversi tayangan Xpose Trans7 yang dinilai melecehkan KH. Anwar Manshur. Foto: Tangkapan Layar Instagram.
Boikot Trans7 menggema di media sosial usai kontroversi tayangan Xpose Trans7 yang dinilai melecehkan KH. Anwar Manshur. Foto: Tangkapan Layar Instagram.

SEWAKTU.com - Di jagat media sosial, ribuan suara tumpah ruah. Tagar #BoikotTrans7 menggema, mencerminkan kemarahan dan kesedihan ribuan santri.

Semua bermula dari satu tayangan program Xpose di Trans7 yang menampilkan narasi dianggap melecehkan KH. Anwar Manshur, kiai sepuh dan panutan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Bagi masyarakat pesantren, KH. Anwar Manshur bukan sekadar sosok ulama, tapi simbol keteladanan dan kebijaksanaan. Maka ketika nama beliau diseret dalam konteks yang tidak pantas, reaksi keras pun tak terhindarkan.

Baca Juga: LBH Ansor Kediri Kecam Tayangan Trans7 yang Lecehkan Kiai

LBH Ansor Bergerak: Teguran Hukum Jadi Langkah Awal

Kecaman resmi datang dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Kota Kediri). Ketua LBH, Bagus Wibowo, menegaskan akan mengirimkan peringatan hukum kepada pimpinan program Xpose dan pihak Trans7.

"Redaksi dalam video itu sangat tidak beradab dan cenderung melecehkan ulama. Sebelum menayangkan, semestinya tim redaksi melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan,” kata Bagus dalam pernyataannya, Selasa (14/10/2025).

Bagus menilai pemberitaan seperti itu tidak mendidik dan tidak berimbang. Ia menegaskan, media seharusnya berperan membangun pemahaman publik, bukan justru menimbulkan persepsi negatif terhadap tokoh agama.

Baca Juga: Lecehkan KH Anwar Manshur, Tayangan Xpose Trans7 Tuai Kecaman Warganet di Media Sosial

Ulama Bukan Bahan Candaan

LBH Ansor berencana berkoordinasi dengan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) untuk membahas langkah hukum selanjutnya. Mereka juga akan sowan kepada KH. Anwar Manshur untuk meminta arahan langsung.

"Kami mendukung kebebasan pers, tapi kebebasan itu tidak boleh kebablasan. Pemberitaan tetap harus berimbang dan beretika,” ujar Bagus.

Ia menegaskan, ulama punya peran besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari masa perjuangan kemerdekaan hingga sekarang, pesantren menjadi benteng moral masyarakat.

“Tidak pantas jika ulama dijadikan bahan olok-olok dalam tayangan televisi,” tambahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Mahmud Amsori

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X