SEWAKTU.com -- Kalah dalam kontes pemilihan umum (Pemilu) bisa menjadi pukulan berat bagi siapa pun, baik bagi calon itu sendiri maupun bagi tim pendukungnya.
Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, cerita tentang tekanan mental atau stres yang dialami oleh caleg dan Tim Sukses (Timses) pascakekalahan menjadi gambaran hidup pahit setelah berkompetisi.
Mereka yang sebelumnya siap menghadapi tantangan, kini harus menerima kenyataan pahit tersebut.
Mursal, salah satu anggota Timses, mengalami tekanan mental yang luar biasa setelah kekalahan. Target jumlah pemilih yang sebelumnya telah ditetapkan justru tidak tercapai, bahkan ada kejatuhan yang signifikan.
Tatapannya kosong, dan kadang-kadang ia meracau tanpa arah yang jelas. Seorang caleg bahkan menjadi pesakitan di padepokan Albustomi, Kabupaten Cirebon, setelah menelan kekalahan yang tak terduga.
Bagi Mursal, kekalahan ini bukanlah hal yang mudah diterima. Ia merasa telah melakukan segala upaya dan kerja keras, namun takdir berkata lain.
Suara pemilih menurun, dan cita-citanya pupus. Ketika melihat kantong suara yang belum terbuka, ia bertanya pada dirinya sendiri,
"Berapa suara yang saya dapatkan dari 4.000 kantong suara ini? Apakah saya harus membuka semuanya dan menghitungnya lagi?" kata timses Caleg.
Namun, situasi Mursal berbeda dengan Ibrahim, yang bahkan lebih kesal dengan hasil kekalahan tersebut.
Baca Juga: Saling Hadiri Sidang Cerai, Reaksi Pertama Kali Ria Ricis Bertemu Teuku Rian Jadi Sorotan
Ibrahim bahkan mengambil kembali amplop-amplop dengan surat suara yang sebelumnya telah dibagikan kepada warga.
Tekanan mental kini berbalik mengarah kepadanya, membuatnya tidak lagi memikirkan soal uang yang sudah diberikan kepada warga.
Ujang Bustomi, pemimpin padepokan Albustomi, menyatakan kesiapannya untuk membantu mengatasi tekanan mental yang dialami oleh tim kampanye dan caleg yang kalah.