“Jadi semangat kita aja yang kita rasakan. Nah naskah ini memang menyampikan tentang penindasan di Papua. Semangatnya yang kita ambil di naskah ini,” ujar Rangga.
Dialog Tak Pakai Bahasa Papua
Dalam pementasan “Matahari Papua” yang berlangsung lebih dari 2 jam ini, sebagian besar dialog menggunakan Bahasa Indonesia. Dialek dan bahasa daerah Papua hanya disematkan di beberapa bagian kecil saja.
Bukan tanpa alasan. Menurut salah satu aktor dalam pementasan teater “Matahari Papua”, Joind Bayuwinanda, tim produksi bersama para pemain sepakat untuk tidak menggunakan Bahasa daerah Papua karena hampir semua pemain adalah bukan warga Papua.
Baca Juga: Harga dan Spesifikasi Lengkap Samsung A13, Kamera Utama 50 MP, Penyimpanan Super Besar
Joind menjelaskan bahwa proses latihan akan memakan waktu yang panjang jika dialog menggunakan Bahasa daerah Papua. Pasalnya, para aktor harus melakukan observasi dan latihan yang cukup intens.
Joind mengaku sempat terjadi perdebatan terkait gaya Bahasa dalam pementasan “Matahari Papua”. Namun, akhirnya seluruh kru dan para pemain sepakat untuk tidak menggunakan Bahasa daerah Papua, termasuk dialeknya.
“Kami sempat berdebat waktu itu. Dialektiknya dan macam-macamnya harus Papua. Aku sempat ngomong, ya mendingan pakai orang Papua aja. Kalau pakai orang kita kan kemungkinan bisa 2 tahun nih latihannya. Belum ngapalin dialognya, observasinya dan lain-lain sebagainya. Akhirnya disepakati bahwa ternyata kemudian kita cuma menggunakan spirit Papuanya aja,” kata pria yang berperan sebagai Bapak Dukun ini.
“Matahari Papua” dipentaskan selama 3 hari dari tanggal 7-9 Juni 2024 di Graha Bhakti Budaya dengan total 5 sesi pertunjukan.***