Garnisun militer Yogyakarta dengan tegas mengumumkan perang terhadap kelompok ini, yang dianggap sebagai pengacau stabilitas kota.
Masyarakat Yogyakarta terpecah dalam menanggapi operasi ini. Beberapa menganggapnya sebagai langkah penting untuk mengurangi kekerasan dan kriminalitas, sementara yang lain melihatnya sebagai penyalahgunaan kekuasaan negara.
Salah satu tokoh masyarakat, Jeka, yang akrab dengan komunitas gali, mengenang bahwa kehadiran mobil dengan lampu berkedip sering menjadi pertanda akan terjadi penangkapan atau pembunuhan oleh aparat keamanan.
Reaksi warga yang ketakutan menunjukkan bagaimana kekuasaan militer berhasil menciptakan atmosfer teror di tengah masyarakat.
Dugaan Politik di Balik Petrus
Sejumlah teori mengemuka terkait motivasi sebenarnya di balik operasi Petrus. Salah satu teori populer menyatakan bahwa pembunuhan tersebut adalah langkah strategis Soeharto dan Jenderal Benny Moerdani untuk melemahkan kekuatan Jenderal Ali Murtopo, seorang penasihat lama presiden yang dianggap semakin kuat setelah Pemilu 1982.
Murtopo diduga mengontrol jaringan intelijen gelap dan menggunakan kelompok gali untuk kepentingan politiknya. Dengan menumpas gali, Soeharto dan Moerdani berusaha menghancurkan basis kekuasaan Murtopo.
Reaksi Internasional
Operasi Petrus tidak hanya mengundang perhatian dalam negeri, tetapi juga dilaporkan secara luas oleh media internasional.
Pada tahun 1983 dan 1984, berbagai laporan mengaitkan peristiwa ini dengan keberadaan "death squad" atau pasukan kematian yang diduga mengeksekusi hingga 5000 orang.
Pengamat luar negeri melihat tindakan ini sebagai upaya sistematis untuk membungkam kritik dan oposisi terhadap pemerintahan Soeharto.
Dampak sosial dari operasi Petrus sangat luas. Orang-orang dengan tato, baik yang terlibat dalam kejahatan maupun tidak, mulai hidup dalam ketakutan.
Mereka melakukan tindakan ekstrem untuk menghapus tato di tubuh mereka, seperti menyundutnya dengan jarum atau menuangkan air keras, karena tato dianggap sebagai tanda pasti bahwa seseorang adalah target operasi.
Teror ini menyebar luas, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di kota-kota lain seperti Jakarta dan Semarang.