SEWAKTU.com -- Pada periode 1981 hingga 1985, Indonesia menghadapi sebuah fenomena gelap dalam sejarahnya, ketika ratusan orang yang dicap sebagai penjahat atau anggota kelompok "gali" (Gabungan Anak Liar) menjadi korban pembunuhan tanpa proses hukum yang jelas.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan "Petrus," singkatan dari Penembakan Misterius. Meski disebut misterius, banyak yang yakin bahwa operasi ini merupakan kebijakan resmi di bawah pemerintahan Presiden Soeharto pada masa Orde Baru, yang bertujuan untuk menegakkan keamanan dengan cara-cara yang kejam dan penuh kontroversi.
Awal Mula Operasi Petrus
Istilah "Petrus" mulai populer setelah serangkaian pembunuhan di kota-kota besar seperti Yogyakarta dan Jakarta.
Orang-orang yang menjadi korban umumnya memiliki latar belakang kriminal, sering kali bertato dan dianggap sebagai pengganggu keamanan oleh pemerintah. Namun, mereka dieksekusi tanpa proses peradilan yang adil.
Mayat-mayat mereka sering ditemukan di pinggir jalan atau di tempat-tempat umum dengan bekas tembakan yang jelas.
Operasi ini dipimpin oleh Letkol Sizi M. Hasbi, Komandan Garnisun Yogyakarta, dan didukung oleh tokoh-tokoh militer lainnya seperti Jenderal Benny Moerdani.
Operasi ini diduga sebagai strategi politik yang dijalankan oleh Soeharto untuk menjaga stabilitas negara sekaligus mengurangi kekuasaan lawan politiknya, seperti Jenderal Ali Murtopo.
Murtopo dikabarkan menggunakan kelompok "gali" untuk keperluan politik selama Pemilu 1982, termasuk mengatur kekacauan pada kampanye partai Golkar.
Sebagai tanggapan, Soeharto memerintahkan operasi militer yang menargetkan kelompok-kelompok ini, yang dikenal memiliki pengaruh besar di tingkat lokal.
Kejadian di Yogyakarta: Operasi Penumpasan Gali
Di Yogyakarta, tahun 1983 dianggap sebagai puncak dari peristiwa Petrus. Korban-korban yang tewas kebanyakan adalah mereka yang berhubungan dengan komunitas gali, seperti Wahyono, seorang pimpinan gali terkemuka di kota tersebut.
Tewasnya Wahyono diikuti dengan serangkaian pembunuhan lainnya yang diduga menjadi bagian dari "Operasi Pemberantasan Kejahatan" atau OPK.
Artikel Terkait
Budayawan Kota Bogor Dukung Dokter Rayendra-Eka Maulana, Berharap Perhatian Lebih pada Pelestarian Budaya
Rayuan Maut Sesat Guru ke Siswi Gorontalo, Ada Tugas Khusus Layani Setiap Sang Guru Kepingin
Segini Harta Kekayaan PNS Mas Sriwati Kabid Disparbud Kota Bekasi Intoleran Larang Non Muslim Ibadah
Putra Mulyono dan Numpang Privat Jet jadi Jokes, Guru SMP Spill Masa Lalu Kaesang Pangarep jadi Siswanya
Cerdas dan Licik, Jejak Pelarian Koruptor Rp1,3 triliun Eddy Tansil Gegerkan Indonesia, Kini Makmur Hidup di China