SEWAKTU.com -- Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memasuki babak baru yang penuh ketegangan. Pada Selasa, pejabat melaporkan bahwa Ukraina menggunakan rudal jarak jauh ATACMS (Army Tactical Missile System) yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk menyerang wilayah Rusia.
Serangan ini menandai pertama kalinya Ukraina memanfaatkan senjata tersebut selama perang yang telah berlangsung lebih dari 1000 hari.
Menurut pejabat Amerika, sekitar sepuluh rudal diluncurkan, dengan hanya dua yang berhasil dicegat oleh pertahanan udara Rusia.
Baca Juga: PO BS Gufili Rilis Bus Baru dengan Sasis Langka Inobus D340 Max
Rudal-rudal ini dilaporkan menghantam depot amunisi militer di Karachev, sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 18.000 orang di wilayah Bryansk. Serangan ini muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.
Kebijakan baru tersebut memungkinkan Rusia untuk merespons serangan konvensional yang didukung oleh negara-negara bersenjata nuklir, termasuk Amerika Serikat. Langkah ini memicu kekhawatiran global akan kemungkinan eskalasi nuklir dalam konflik tersebut.
Sebuah video yang diunggah di saluran Telegram militer Ukraina pada Selasa menunjukkan peluncuran rudal ATACMS dari lokasi yang dirahasiakan di Ukraina. Meskipun rincian spesifik tentang serangan ini dirahasiakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa negaranya kini memiliki kemampuan jarak jauh, termasuk rudal ATACMS dan drone buatan dalam negeri.
Baca Juga: DPRD Kota Bogor Sosialisasikan Raperda P4GN, Tampung Aspirasi Warga
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim berhasil menembak jatuh lima rudal ATACMS, sementara satu rudal lainnya dilaporkan rusak sebelum mencapai target. Pecahan rudal ditemukan di sekitar fasilitas militer, meskipun lokasi pastinya tidak diungkapkan.
Perkembangan ini semakin memperburuk ketegangan internasional. Amerika Serikat sebelumnya menyatakan kekhawatiran atas kolaborasi Rusia dengan Korea Utara, sementara Moskow menunjukkan ketidakpuasan terhadap pengiriman senjata baru oleh Washington ke Ukraina.
Ukraina sendiri mengaku bertanggung jawab atas serangan di wilayah Bryansk, meskipun tanpa mengungkapkan detail senjata yang digunakan. Ledakan besar dan serangkaian detonasi dilaporkan terdengar di Karachev pada malam kejadian, meningkatkan kekhawatiran tentang eskalasi lebih lanjut dalam perang ini.
Dengan situasi yang semakin rumit, dunia kini menghadapi ancaman konflik yang bisa meluas ke tingkat yang lebih serius. Ketegangan antara kekuatan besar terus memunculkan risiko geopolitik yang semakin sulit untuk dikendalikan.