Beberapa di antaranya adalah ketergantungan tinggi terhadap pasokan pangan dari daerah lain, penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) makanan dan minuman yang belum optimal, serta fluktuasi harga bahan pokok strategis.
Selain itu, masih ditemukan konsumsi pangan yang belum beragam dan bergizi seimbang, kasus ketidakamanan pangan, serta peningkatan angka kemiskinan dan prevalensi ketidakcukupan pangan dalam lima tahun terakhir.
Tantangan lainnya termasuk masih adanya permukiman kumuh di seluruh kecamatan dan pengelolaan food loss and waste yang belum optimal.
"Oleh karena itu, dalam RAD-PG ini dilakukan analisis lintas sektor terhadap permasalahan pangan dan gizi di Kota Bogor. Diperlukan langkah-langkah strategis yang harus diselesaikan secara bersama-sama melalui koordinasi antara pemerintah dan pihak nonpemerintah," tambah Rudy.
Country Director GAIN Indonesia, Agnes A. Mallipu, menyampaikan apresiasinya terhadap kerja sama yang telah terjalin dengan Pemkot Bogor dalam penyusunan RAD-PG.
"Kami berharap dukungan GAIN Indonesia dalam penyusunan RAD-PG ini dapat mempercepat langkah-langkah strategis yang diperlukan Pemkot Bogor dalam menangani isu pangan dan gizi," ujarnya.
Dengan adanya RAD-PG 2025–2029, Pemkot Bogor optimistis dapat menghadirkan kebijakan yang lebih efektif dalam memastikan ketahanan pangan dan gizi yang berkelanjutan bagi masyarakat. (ADV)