SEWAKTU.com - Masa operasional haji 2025 memasuki fase pemulangan usai puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) per 11 Juni pukul 16.15 WIB, tercatat sebanyak 221 jamaah haji Indonesia wafat, menjadikan angka kematian cukup tinggi tahun ini.
Dari jumlah tersebut, 217 orang merupakan jamaah reguler dan 4 orang jamaah haji khusus.
Kota Makkah tercatat sebagai lokasi dengan jumlah kematian terbanyak yakni 154 orang, sementara dari sisi asal embarkasi, Surabaya (SUB) menjadi penyumbang terbesar dengan 45 jamaah wafat.
Tingginya angka kematian ini mendapat sorotan dari Komisi VIII DPR RI.
Anggota DPR, Maman Imanulhaq, mempertanyakan keabsahan proses pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan.
Ia menyebut ada indikasi calon jamaah yang dinyatakan layak (istitha'ah) padahal dalam kondisi tidak sehat.
"Banyak yang wafat sesaat setelah tiba di Arab Saudi, bahkan masih di pesawat. Ini harus dievaluasi, apakah benar mereka memenuhi syarat istitha'ah kesehatan," ujarnya saat diskusi haji di Gedung DPR, Selasa (11/6).
Maman juga menyinggung kemungkinan adanya "permainan" agar jamaah yang tidak memenuhi kriteria tetap lolos pemeriksaan.
Baca Juga: Desa Klapanunggal Dapat Apresiasi Menkes Budi Gunadi, Jadi Percontohan Nasional Desa Siaga TBC
Ia menegaskan bahwa niat berhaji dalam kondisi tidak layak secara kesehatan justru bisa keliru secara niat dan berisiko.
Sorotan serupa datang dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, yang menyampaikan keprihatinan saat menerima kunjungan Kepala Badan Pengelola Haji (BPH) Mochammad Irfan Yusuf.
Dalam pertemuan itu, pihak Saudi bahkan mewacanakan pengurangan kuota haji Indonesia hingga 50 persen, sebagai bentuk evaluasi terhadap kualitas kesehatan jamaah.