SEWAKTU.com – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) terus memperkuat peran strategis dalam ekosistem industri baterai nasional. Bersama mitra global CBL yang merupakan joint venture CATL, Brunp, dan Lygend sebagai pemain baterai global no.1 didunia, ANTAM dan IBC saat ini tengah membangun serangkaian proyek ekosistem baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Tanda dimulainya pembangunan pabrik baterai terintegrasi ini langsung dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Turut hadir dalam peresmian ini yakni Duta Besar RRT untuk Indonesia Wang Lutong, para menteri Kabinet Merah Putih, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Bupati Karawang Aep Saepuloh, Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin, Direktur Utama PT Antam Achmad Ardianto, Vice Chairman CATL, Mr. Li Ping, Chairman Ningbo CBL, Mr. Li Changdong, Direktur Utama IBC Toto Nugroho, dan President Director PT CBL Wu Zhihui.
Presiden RI Prabowo Subianto dalam sambutannya menegaskan bahwa pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi merupakan langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
“Cita-cita hilirisasi sudah sangat lama dari sebenarnya Presiden Republik Indonesia yang pertama dari Bung Karno sudah bercita-cita hilirisasi. Dan Presiden-Presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi,” ucap Presiden.
Proyek terbesar se-Asia tenggara ini menurut Presiden menjadi bukti keseriusan Indonesia dalam mendorong energi ramah lingkungan. Kepala Negara pun menyambut baik kerja sama strategis dengan mitra global dalam membangun ekosistem industri baterai ramah lingkungan ini.
Peresmian ini menjadi salah satu langkah konkret Indonesia dalam mendorong transisi energi. Selain itu, proyek ini diyakini dapat memperkuat kemandirian industri nasional melalui pemanfaatan mineral strategis dalam rantai pasok global kendaraan listrik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan proyek ini juga menegaskan posisi Indonesia sebagai pemilik sumber daya alam mampu berkolaborasi dengan negara tetangga yang memiliki teknologi mutakhir dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
“Proyek ini juga mendukung arahan Presiden dalam mendukung kemandirian energi. Lewat proyek ini Indonesia bisa menghemat impor bahan baku energi. Selain itu, proyek ini merupakan langkah konkrit hilirisasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,” tegas Bahlil.
Pada sektor hulu yang berlokasi di Halmahera Timur, ANTAM membentuk perusahaan patungan bersama CBL untuk pengelolaan penambangan nikel yang akan memasok kebutuhan rantai industri baterai. ANTAM dan CBL juga membangun Pabrik RKEF, HPAL dan Kawasan Industri Buli (KIB) yang didukung energi bersih, sistem air terpadu dan pusat kendali berbasis cloud.
Direktur Utama ANTAM Achmad Ardianto mengatakan Pabrik RKEF yang dibangun mengadopsi teknologi pemurnian atomasi feronikel pertama di dunia yang dikembangkan Brunp. Pabrik berkapasitas 88 ribu ton Ni per tahun ini menciptakan model peleburan hijau baru dengan konsumsi energi yang rendah.
“Sejalan dengan praktik ESG, kami bersama mitra strategis bertekad menghadirkan ekosistem baterai listrik yang ramah lingkungan guna mendukung transisi energi nasional yang berkelanjutan,” katanya.
Pabrik HPAL dengan kapasitas 55 ribu ton Ni/tahun yang dibangun ANTAM bersama CBL di KIB juga menggunakan teknologi generasi ketiga yang terdepan, dengan tata letak inovatif bertingkat yang memanfaatka gravitasi alami untuk aliran material.
“Kami merencanakan proyek terintegrasi yang akan memasok energi hijau ini dapat memperkuat posisi Indonesia di sektor energi global yang berkelanjutan,” tambah Ardianto.
Sementara itu di Karawang, IBC dan CBL membangun Pabrik Sel Baterai yang merupakan bagian dari proyek terintegrasi meliputi pembangunan pabrik material aktif baterai yakni prekursor dan katoda, dan fasilitas daur ulang baterai.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan, di KIB, IBC bersama mitra global menyiapkan lini produksi material aktif baterai berkualitas tinggi. Pabrik tersebut dirancang memproses 16 ribu ton nikel sulfat per tahun, sekaligus memproduksi 30 ribu ton prekursor dan 30 ribu ton material aktif katoda.
"Fasilitas hulu ini diharapkan menutup ketergantungan impor bahan baku katoda—komponen dengan kontribusi paling signifikan dalam sel baterai—sekaligus meningkatkan nilai tambah nikel di dalam negeri," ujar Toto.