SEWAKTU.com - Sosok Rayyan Arkan Dikha kini menjelma menjadi ikon baru pariwisata Riau. Bocah yang semula hanya dikenal di lingkungannya sebagai penari kecil di ujung sampan Pacu Jalur, kini diangkat secara resmi menjadi Duta Pariwisata Riau. Penobatan itu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau dalam sebuah upacara resmi, sekaligus pemberian beasiswa pendidikan sebesar Rp20 juta sebagai bentuk apresiasi.
Viralnya Dikha bermula dari video yang memperlihatkan aksinya menari secara spontan di atas jalur—perahu tradisional khas Kuantan Singingi. Gerakan tangannya yang unik dan selaras dengan irama kayuhan mendayung kemudian menjelma menjadi tren “Aura Farming”, yang dengan cepat menyebar luas di media sosial. Tak hanya diikuti oleh masyarakat Indonesia, tren ini bahkan ditiru oleh figur publik internasional, termasuk pesepakbola dan maskot klub ternama dunia.
Dari Tradisi Daerah ke Tren Dunia
Pacu Jalur bukan hal asing bagi masyarakat Kuansing. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan menjadi salah satu event budaya tahunan terbesar di Riau. Namun, keberadaan tradisi ini sebelumnya belum banyak dikenal luas di luar daerah. Perubahan terjadi ketika gerakan sederhana seorang anak kecil dalam tradisi tersebut tiba-tiba menjadi perhatian publik.
Dikha, yang masih duduk di bangku sekolah dasar, merupakan anak kedua dari keluarga yang lekat dengan dunia dayung. Kehidupan sehari-harinya akrab dengan latihan dan persiapan Pacu Jalur. Tarian yang viral itu pun sebenarnya bukan pertunjukan yang dirancang khusus, melainkan ekspresi spontan yang muncul dari pengalamannya mengikuti tradisi keluarga.
Simbol Kreativitas dan Potensi Bagi Generasi Muda
Pemprov Riau menilai bahwa kontribusi Dikha bukan semata-mata karena viralitas, tetapi karena efek jangka panjangnya terhadap pengenalan budaya lokal. Tradisi Pacu Jalur yang sebelumnya hanya dikenal secara regional, kini mendapat panggung yang lebih luas. Ini dianggap sebagai bukti bahwa generasi muda mampu menjadi penggerak utama pelestarian budaya melalui cara-cara baru yang kreatif dan autentik.
Momentum ini kemudian dimanfaatkan pemerintah untuk memberikan ruang dan dukungan bagi anak-anak yang terlibat aktif dalam pelestarian budaya daerah. Selain Dikha, sejumlah anak lain yang ikut berpartisipasi dalam Pacu Jalur juga akan menerima penghargaan serupa, khususnya pada acara resmi yang dijadwalkan pada 20–24 Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan.
Baca Juga: Kunker ke Riau, Menteri LH dan BPLH Hanif Faisol Tutup TPA Liar di Kampar
Digitalisasi dan Cerita Lokal sebagai Kekuatan Baru
Fenomena “Aura Farming” membuktikan bahwa era digital membuka peluang baru untuk mengenalkan budaya lokal secara luas. Cerita yang sederhana, ketika dikemas dalam bentuk yang otentik, bisa menjangkau lintas batas geografis dan budaya. Ini menjadi strategi promosi pariwisata yang tidak hanya efektif secara biaya, tetapi juga menyentuh sisi emosional publik.
Pemerintah Provinsi Riau menyadari kekuatan narasi ini. Mereka kini mulai merancang penguatan infrastruktur pendukung di lokasi-lokasi wisata berbasis budaya. Dengan harapan, wisatawan yang datang untuk melihat Pacu Jalur tidak hanya menikmati pertunjukannya, tapi juga terlibat dalam keseluruhan pengalaman budaya yang ditawarkan daerah tersebut.
Mimpi Kecil di Ujung Jalur, Harapan Besar untuk Riau