4. Kehadiran orang-orang yang merupakan simbol kekuasaan, seperti Ketua Umum Partai Pwerindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatra Barat dan Kapolda, serta Kepala BIN Daerah Sumatra Barat-bagi kami menciderai independensi gerakan. Apalagi dengan merdeka mereka pamerkan kebersamaannya bersama mahasiswa pada media sosialnya. Mungkinkah mereka masuk ke forum murni diundang, atau karena ada tiket masuk yang telah mereka dapatkan?
5. BEM sebagai lembaga pergerakan, bagi kami, mesti memeberi batas yang tegas dan harus berjarak dengan penguasa. Tapi, BEM SI tidak memberikan teladan yang membaggakan.
6. Kami melihat dengan jelas: sebuah karangan bunga yang datang pagi hari, disembunyikan, lalu dimunculkan kembali ketika momen pembukaan (saat para elit politik dan aparat itu datang). Sebuah karangan bunga dari Kepala BIN Daerah Sumatra Barat. Sebenarnya, kemesraan apa yang terjadi antara BEM SI dan BNI sehingga hadir karangan bunga?
7. Ya, ada kekacauan yang berlangsung fajar hari pada Jumat, 18 Juli 2025.
Dua mahasiswa terluka, satu patah tulangnya, satu lebam muka dan berdarah bibirnya. Yang lain, trauma secara psikis karena ketegangan dan ancaman yang ada. Kami prihatin dan menyesalkan kejadian itu. Bagi kami, tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ribut. Kesatuan kita adalah aset berharga bagi gerakan rakyat sipil.
8. Keterangan yang bisa kami sampaikan sangat terbatas. Seperti fenomena gunung es, apabila kami buka semua, bukan mustahil BEM kampus lain akan menarik diri semua. Tapi, cukuplah keterangan ini menjadi penjelasan atas sikap yang kami ambil untuk menjadi penjelasan atas sikap yanh kami ambil untuk menjaga kemurnian gerakan.
9. BEM KM UGM memegang teguh nilai dan marwah gerakan. Kami memilih jalan sunyi tapi bercahaya : setia bersama Rakyat Indonesia.
Demikianlah pernyataan sikap BEM KM UGM yang menjadi jawaban atas keputusan keluar dari Aliansi BEM SI Kerakyatan usai Munas BEM SI ke-XVIII di Padang. ***