SEWAKTU.com - Kasus viral keluarga pasien yang memarahi dokter spesialis ginjal di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, kembali memanas. Kali ini, perhatian publik tertuju pada komentar pihak keluarga yang diunggah di media sosial Instagram.
Dalam salah satu kolom komentar, akun yang mengaku bagian dari keluarga pasien menulis bahwa permintaan maaf justru diharapkan datang dari pihak rumah sakit kepada keluarga mereka. Selain itu, mereka mengungkapkan keluhan terkait pelayanan, mulai dari pemindahan pasien dari ruang VIP ke ruangan yang disebut pernah digunakan untuk isolasi pasien COVID-19 dan TBC, hingga proses pemeriksaan dahak yang dinilai terlalu lama. Keluarga mengaku heran mengapa pemeriksaan tersebut memakan waktu hingga lima hari, sementara menurut mereka, alasan yang diberikan pihak medis terkesan bertele-tele.
Komentar ini memicu tanggapan beragam dari warganet. Banyak yang menilai keluarga pasien enggan mengakui kesalahan meski insiden memarahi dokter telah menjadi sorotan publik.
Menanggapi situasi tersebut, drg. Mirza Mangku Anom, Sp.KG, rekan sejawat dokter yang menjadi korban kemarahan, memberikan penjelasan melalui media sosialnya. Ia memaparkan bahwa pemeriksaan TBC tidak dapat disamakan dengan tes kehamilan yang hasilnya bisa diketahui dalam hitungan menit. Menurutnya, proses ini membutuhkan kehati-hatian dalam menegakkan diagnosis, sebab kesalahan dalam tahap ini dapat berujung pada penanganan yang keliru dan berdampak buruk bagi pasien.
Mirza menekankan bahwa apabila ada hal yang belum dipahami, sebaiknya pihak keluarga bertanya dengan baik, bukan meluapkan emosi di hadapan tenaga medis. Ia juga menyoroti bahwa keputusan menghentikan perawatan pada satu-satunya dokter subspesialis ginjal di daerah tersebut justru berpotensi merugikan pasien sendiri.
Pernyataan Mirza ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Publik menilai penjelasannya menjadi pengingat penting bahwa komunikasi yang santun dan saling menghargai antara pasien dan tenaga medis adalah kunci penyelesaian masalah, bukan saling menyerang di ruang publik maupun media sosial.
Baca Juga: Dokter Detektif Peras Pengusaha Skincare 24 Miliar yang Dapat Review Jelek