SEWAKTU.com - CEO OpenAI, Sam Altman, memberikan peringatan serius mengenai laju perkembangan kecerdasan buatan (AI) di China yang semakin cepat dan berpotensi menyaingi dominasi Amerika Serikat. Dalam sebuah konferensi di San Francisco pada Senin (18/8/2025), ia menilai persaingan kedua negara kini tidak hanya menyangkut teknologi, tetapi juga mencakup data, riset, serta arah pengembangan produk.
China dinilai semakin agresif dalam membangun ekosistem AI dengan pendekatan terbuka dan kolaboratif. Strategi berbasis open-source membuat perusahaan-perusahaan teknologi di negara tersebut menarik perhatian global. Pengembangan model AI yang inovatif dengan biaya yang lebih rendah oleh sejumlah startup, termasuk DeepSeek dan MoonshotAI, serta perusahaan raksasa seperti Alibaba, telah mendorong Cina secara signifikan mendekati Amerika. Hal ini menjadikan Cina sebagai kompetitor utama dalam industri AI.
Tekanan kompetitif dari perusahaan-perusahaan China tersebut mendorong OpenAI untuk mengubah kebijakan. Pada Agustus 2025, OpenAI meluncurkan dua model baru bernama GPT-OSS-120b dan GPT-OSS-20b yang menggunakan pendekatan open-weight. Produk ini hadir sebagai respons langsung terhadap popularitas model AI Tiongkok yang bersifat sumber terbuka, yaitu DeepSeek dan Kimi K2.
Baca Juga: Google Cloud Perkuat Keamanan Siber Indonesia, Hadirkan Layanan Lokal dan Program Literasi AI
Ada dua versi model, yaitu GPT-OSS-120b (dengan 117 miliar parameter) yang butuh GPU 80GB, dan GPT-OSS-20b yang lebih ringan karena bisa dipakai dengan RAM 16GB. Desain ini membuat peneliti maupun pengembang dapat menyesuaikan penggunaan sesuai kebutuhan tanpa bergantung penuh pada layanan cloud.
Meskipun tidak sepenuhnya terbuka seperti open-source, sistem open-weight tetap memberi akses pada parameter pelatihan meski tanpa data dan kode lengkap. Sebagian pengembang sempat menilai fitur yang ditawarkan masih terbatas dibandingkan produk komersial lainnya. Namun, Altman menekankan bahwa arah pengembangan model ini berfokus pada optimalisasi. Ia menggambarkan model tersebut sangat cocok digunakan untuk agen pengkodean lokal dan bisa diarahkan mengikuti perubahan kebutuhan dunia digital.
Baca Juga: Desakan Mundur untuk Tim Cook Menguat, Apple Dinilai Tertinggal dalam Revolusi AI
Langkah ini menandai perubahan besar dari kebijakan lama OpenAI yang sebelumnya lebih tertutup melalui sistem API berbayar. Dengan pergeseran strategi ini, OpenAI berusaha menegaskan bahwa mereka siap bersaing menghadapi arus inovasi AI dari Asia, khususnya China, yang terus melaju cepat.