Tak sedikit orang tua yang mulai ragu membiarkan anaknya ikut makan gratis di sekolah. Di media sosial, warganet ramai memperdebatkan: apakah program ini benar-benar bermanfaat atau justru berbahaya?
Sejumlah LSM mendesak moratorium sementara hingga audit total dilakukan.
"Makan gratis itu baik, tapi kalau tidak aman, risikonya lebih besar dari manfaatnya,” kata salah satu aktivis kesehatan.
Baca Juga: Aktor Fahmi Bo Kurus dan Terbaring Lemah, Dukungan Publik Mengalir di Media Sosial
Sikap Pemerintah
Presiden menegaskan bahwa program MBG tetap berjalan, namun akan dilakukan evaluasi besar-besaran.
Langkah-langkah yang sedang dipersiapkan:
- Sertifikasi katering sekolah dengan standar BPOM.
- Pengawasan berlapis oleh dinas kesehatan daerah.
- Percepatan distribusi agar makanan tetap segar saat sampai di siswa.
- Edukasi gizi & higienitas untuk guru, murid, dan orang tua.
"Kita tidak akan mundur. Program ini penting untuk masa depan anak bangsa, tapi harus lebih aman,” tegas Presiden dalam rapat kabinet.
Baca Juga: Viral, Fahmi Bo Kurus dan Sulit Makan-Minum, Kondisinya Cukup Memprihatinkan
Antara Gizi dan Risiko
Di balik kontroversi ini, faktanya program MBG membantu banyak keluarga miskin. Bagi sebagian orang tua, makanan gratis di sekolah berarti mengurangi beban pengeluaran bulanan.
Namun, kasus keracunan juga jadi pengingat bahwa pangan bukan sekadar soal kenyang, tapi soal aman dan bergizi. Jika pemerintah berhasil memperbaiki sistemnya, program ini bisa menjadi warisan monumental bagi generasi emas 2045.
Kasus keracunan massal seakan membuka mata kita bahwa niat baik tidak cukup tanpa eksekusi yang matang. Makan gratis bisa jadi solusi gizi, tapi tanpa pengawasan, justru berpotensi jadi masalah kesehatan nasional.
Kini, publik menunggu: apakah pemerintah benar-benar serius memperbaiki sistem distribusi dan pengawasan, atau program ini akan terus menuai polemik di masa depan?***