Tahun 1968 menjadi tonggak penting ketika ia tampil di Radio Republik Indonesia (RRI) dan berhasil mencuri perhatian publik lewat gaya tutur khas dan suara yang berwibawa.
Sepuluh tahun kemudian, Keraton Surakarta menganugerahkan gelar Mas Ngabehi Lebdocarito sekaligus mengangkatnya sebagai abdi dalem Penewu Anon-anon sebuah penghormatan tinggi bagi seniman yang telah mengharumkan budaya Jawa.
Dalang Indonesia yang Mendunia
Kiprahnya tak hanya berhenti di tanah air. Ki Anom Suroto dikenal sebagai dalang pertama Indonesia yang berhasil tampil di lima benua.
Ia pernah memukau penonton di Amerika Serikat dalam ajang Kebudayaan Indonesia di AS (KIAS) 1991, dan tampil di Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, hingga Rusia.
Atas rekomendasi Dr. Soedjarwo, Ketua Umum Sena Wangi, Ki Anom juga melakukan perjalanan kebudayaan ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani.
Tujuannya yakni memperdalam filosofi karakter dewa-dewa dalam dunia pewayangan membuktikan bahwa wayang bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan yang mendunia.
Baca Juga: Ki Anom Suroto Tutup Usia, Maestro Wayang Kulit Indonesia Berpulang
Deretan Penghargaan dan Pengakuan
Dedikasi panjangnya terhadap kesenian membuat Ki Anom menerima sejumlah penghargaan bergengsi, di antaranya:
- Satya Lencana Kebudayaan RI (1995) dari Presiden Soeharto
- Dalang Kesayangan dalam Pekan Wayang Indonesia VI (1993)
- Anugerah Lebdocarito (1997) dari Keraton Surakarta, yang sekaligus menganugerahinya gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro
Selain itu, Ki Anom juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kebudayaan nasional, memperlihatkan sisi kemanusiaannya yang tulus di balik ketegasan seorang dalang.
Warisan yang Tak Lekang Waktu
Lebih dari sekadar dalang, Ki Anom Suroto adalah penjaga nyala budaya Jawa.
Ia meninggalkan ribuan pementasan, rekaman, serta generasi penerus yang meneruskan api semangatnya.
Baca Juga: Waspada Influenza A Meningkat di Indonesia! Ini 7 Tanda yang Perlu Kamu Ketahui