Namun manajemen mampu “mengkompensasi” tekanan tersebut lewat strategi keuangan yang efisien dan hasil investasi yang positif.
Cuan Besar dari Instrumen Keuangan
Salah satu penopang utama laba Bukalapak adalah pos pendapatan investasi bersih yang mencapai Rp2,32 triliun pada kuartal III-2025, berbalik dari rugi Rp596,47 miliar di tahun sebelumnya.
Kenaikan tajam ini menjadi faktor terbesar di balik lonjakan laba perusahaan.
Selain itu, Bukalapak masih mengelola sisa dana IPO senilai Rp8,58 triliun yang ditempatkan pada instrumen konservatif seperti deposito, giro, dan obligasi pemerintah.
Dari penempatan itu, perusahaan meraup pendapatan keuangan Rp647,76 miliar, meski turun tipis dibanding tahun lalu.
Baca Juga: Rahasia Bukalapak Cetak Laba Triliunan di Tahun 2025 di Tengah Efisiensi Besar
Langkah ini menunjukkan strategi pengelolaan kas yang hati-hati namun efektif.
Alih-alih membakar dana IPO untuk ekspansi berisiko tinggi, Bukalapak memilih menjaga likuiditas dan menumbuhkan nilai asetnya lewat instrumen keuangan aman.
Analisis: Pertumbuhan Non-Organik tapi Strategis
Menurut beberapa pengamat pasar, laba Rp2,9 triliun ini mencerminkan keberhasilan Bukalapak mengubah arah strategi dari growth-based menjadi value-based.
Dalam konteks makroekonomi, langkah ini sejalan dengan tren global di mana perusahaan digital mulai menyeimbangkan antara pertumbuhan dan profit.
Meski sebagian besar laba berasal dari investasi, bukan dari bisnis inti, investor melihat ini sebagai indikasi kestabilan dan disiplin finansial.
Efisiensi biaya dan optimalisasi kas membuat Bukalapak lebih siap menghadapi fluktuasi pasar, terutama di tengah potensi perlambatan ekonomi global dan suku bunga tinggi.