news

Kisah Santri Berani Mati Melawan Penjajah di Surabaya

Jumat, 22 Oktober 2021 | 11:03 WIB
Ilustrasi: Santri cium tangan kiai sebelum turun ke medan perang. (Instagram @ulama.nusantara)

Hizbullah Pasuruan dipimpin oleh KH. Achmad Jufri dan KH. Mahfudz Jufri, sedangkan KH. Masjkur mengomandani Laskar Sabilillah Malang.

Dari Kediri, KH. Mahrus Aly Lirboyo membawa 97 santri mujahid dan beberapa kali mengirim pasukan.

Demikian pula dengan pasukan-pasukan Islam dari Mojokerto, Jombang, serta daerah-daerah lainnya.

"Seandainya tidak keluar Resolusi Jihad yang menyemangati pasukan-pasukan Islam-tanpa menafikan peran pihak lain tentunya, niscaya pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya itu tidak akan pernah dimenangkan oleh pihak Indonesia," tulis akun Instagram @ulama.nusantara, Jumat, 22 Oktober 2021.

Perjuangan Bung Tomo Dan Kiai Hasyim Asy’ari

Pekik Bung Tomo, Allahu Akbar, Allahu Akbar, membakar semangat para pemuda Surabaya di medan perang.

Suara lantang Bung Tomo itu menjadi pertanda bahwa para pejuang Islam berada di tengah-tengah arena pertempuran di Surabaya.

Para pejuang Islam itu datang berperang dengan semangat mempertahankan tanah Surabaya dari ancaman serdadu Inggris.

Pertempuran Surabaya sejatinya adalah perang pertama pejuang kemerdekaan melawan kekuatan asing, Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) dan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Kedatangan tentara Inggris dianggap sebagai cara lain Belanda merebut kembali kekuasaannya di Indonesia.
Sebelumnya, Jakarta, Bandung, dan Semarang telah jatuh ke tangan Inggris dan kedatangan mereka ke Surabaya tinggal menunggu waktu.

Oleh sebab itu, Rais Akbar Nahdlatul Ulama, Kiai Haji Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad Fi Sabilillah pada 22 Oktober 1945.

Dalam resolusi itu, siapa pun yang berada dalam radius keliling 94 kilometer diwajibkan untuk datang melawan penjajah.

Panggilan jihad tersebut nyatanya sangat berpengaruh. Di beberapa buku disebutkan santri-santri dari berbagai pesantren itu semuanya bergerak menuju Surabaya dengan membawa senjata masing-masing.

Kebanyakan mereka datang dari kelompok NU yang berasal dari Madura, Probolinggo, Malang, dan daerah lainnya.

“Yang pasti ada kelompok-kelompok santri yang membawa bom dan meledakkan tank tank Inggris, tank Sherman. Beberapa tank Inggris itu meledak setelah ditubruk oleh pasukan berani mati ini," ucap sejarawan Universitas Indonesia, Didik Padjoko, seperti dilansir Sewaktu.com dari opop.jatimprov.go.id.

Halaman:

Tags

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB