Namun di balik aksi heroiknya, sosok Bung Tomo menyimpan kepribadian menarik yang patut diketahui, inilah dia:
Wartawan
Selain sebagai orator ulung, Bung Tomo juga seorang wartawan yang aktif menulis di beberapa surat kabar dan majalah.
Tulisannya kerap menghiasi Harian Soeara Oemoem, Harian berbahasa Jawa Ekspres, Mingguan Pembela Rakyat, Majalah Poestaka Timoer.
Dia juga menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi Kantor Berita pendudukan Jepang Domei, dan pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya.
Baca Juga: Sinopsis Film Kiai, Kisah Pejuang Kemerdekaan dari Para Penjajah Jepang
Dipenjara pada Era Orba
Pada awal Orde Baru, Bung Tomo mendukung pemerintahan Soeharto karena tidak berhalauan komunis. Namun sejak 1970, Bung Tomo mulai mengkritik kebijakan Soeharto.
Sikap kritis memang menjadi bagian dari kepribadian Bung Tomo kala melihat ketidakberesan di depan matanya.
Hal itu terekam dalam wawancara Bung Tomo dengan Judul Bung Tomo Menggugat Pengorbanan Pahlawan Kemerdekaan dan Semangat 10 November 1945.
Selain itu, Bung Tomo juga kerap mengkritik adanya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di Orde Baru. Empat tahun setelah putra keduanya, Bambang Sulistomo, ditahan 2 tahun.
Diduga karena terlibat unjuk rasa pada peristiwa 15 Januar 1974 atau dikenal dengan Malari.
Giliran Bung Tomo yang ditahan akibat diduga terlibat unjuk rasa mahasiswa yang menentang kebijakan Orde Baru.***