Atang Trisnanto menilai, kesuksesan seseorang bisa dilihat dari dari sejauhmana nilai manfaat keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.
Atang Trisnanto juga semasa menjadi mahasiswa aktif di beberapa organisasi dan kegiatan sosial lingkungan. Saat kuliah di kampus rakyat IPB, rimbawan muda ini sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, pengabdian masyarakat, pelestarian lingkungan, dan kegiatan keislaman.
Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998, Atang Trisnanto ikut andil dalam aksi reformasi 98 di tahun pertama saat dirinya kuliah di IPB.
Pada tahun 2001-2002, Atang Trisnanto terpilih sebagai Presiden Mahasiswa BEM KM IPB, puncak kepemimpinan organisasi kemahasiswaan kampus.
Atang Trisnanto juga pernah menduduki posisi sebagai Ketua Umum Gema Keadilan Kota Bogor (2012-2013), Pengurus DPP Himpunan Alumni IPB (2009-2013), Sekjen Gema Keadilan Kota Bogor (2008-2011), Direktur sekaligus pendiri Cendekia Muda Bogor (2004-2009), dan pendiri Komunitas Peduli Lingkungan Bogor (2003-2005).
Sebagai orang yang meyakini bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah perbuatan berdimensi sosial, yang dampaknya akan dirasakan masyarakat luas, Atang Trisnanto berusaha mengupayakan segala potensi yang dimilikinya dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar dengan memanfaatkan berbagai cara, seperti menuangkan gagasan dan pemikirannya melalui media dan forum-forum diskusi. Beberapa kali tulisannya terlihat di surat kabar Radar Bogor dan Republika dalam kurun waktu 2002-2008.
Baca Juga: Profil Emmeril Khan Mumtadz atau Eril, Putra Sulung Ridwan Kamil yang Hilang di Sungai Swiss
Atang Trisnanto di tahun 2013, selain menulis buku Pangan Nusantara dan Kemandirian Bangsa, Anggota Majelis Wali Amanah IPB periode 2001-2002 ini juga menulis buku Perencanaan Pertanian Berbasis Produktivitas Pangan dan Kesejahteraan Petani.
Tak hanya aktivitas menulis, aktivis kampus pada masanya ini juga sering mengisi acara kajian, seminar, diskusi, dan pelatihan-pelatihan organisasi dan kepemimpinan.
Sebelum lulus kuliah, ayah dari empat anak ini berusaha mengurangi beban ekonomi orang tuanya dengan menjadi trainer manajemen dan kepemimpinan. Bahkan, sebelum di wisuda, ia menjadi asisten manajer di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang agroindustri di awal tahun 2003 sampai akhir 2004.
Pengalaman masa kecil, pendidikan keluarga, dan perjuangan saat mahasiswa, mendorongnya untuk menjadi seorang aktivis yang total.
Jalan hidup mempertemukan Atang dengan seorang, aktivis masjid, Primanita Sukma yang kemudian dinikahinya pada Juni 2004. Dan perempuan lembut asal Sukabumi, yang juga alumni FMIPA IPB Angkatan 1999 ini melahirkan Salma Fathya Kamilah (2005), Farah Asma Mufidah (2007), Umar Shidiq Asadullah (2009), dan Muhammad Fatih Abdurrahman (2013).
Baca Juga: Profil Lengkap Bupati Bogor Ade Yasin yang Terkena OTT KPK, Ternyata Adik Kandung Mantan Bupati Ini
Kematangannya dalam berorganisasi dan pengalamannya dalam bidang kemasyarakatan, pertanian, dan kehutanan membawanya sebagai Tenaga Ahli Anggota Komisi IV DPR RI, yang membidangi masalah pangan, pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan. Statusnya sebagai Tenaga Ahli membuatnya dapat total dalam memberikan kontribusi isu-isu pertanian dan kehutanan.