SEWAKTU.com - Bayangkan hari ketika kamu tak lagi menatap layar, karena layar itu sudah menatapmu duluan.
Selamat datang di tahun 2025, masa di mana gadget tak hanya membantu hidup tapi perlahan mengendalikan ritmenya.
Gadget Tak Lagi Sekadar Alat, Tapi Ekstensi Diri
Kalau dulu ponsel hanya alat komunikasi, kini ia sudah berubah jadi asisten pribadi yang tahu segalanya. Smartphone terbaru seperti iQOO 15 dan Samsung Galaxy Z Fold6 hadir dengan chip berbasis AI yang bisa membaca emosi pengguna.
Baca Juga: 7 Gadget Futuristik 2025 yang Akan Ubah Hidupmu
Sistem ini mempelajari pola nada suara, ekspresi wajah dari kamera depan, dan memberi respons menenangkan saat pengguna tampak stres.
Di sisi lain, iPhone 17 Pro kabarnya hadir dengan sensor adaptif yang bisa menyesuaikan tampilan layar dan notifikasi berdasarkan detak jantung pengguna benar-benar pengalaman yang personal.
Namun, di balik kecanggihan itu, muncul pertanyaan besar, apakah kita yang mengendalikan teknologi, atau justru sebaliknya?
Fenomena Ketergantungan Digital
Lembaga riset global TechWell 2025 mencatat, rata-rata orang di Asia kini menyentuh layar gadget lebih dari 1.000 kali per hari.
Dan di Indonesia, pengguna rata-rata menghabiskan waktu sekitar 6 jam sehari berinteraksi dengan gadget dari media sosial, pesan instan, hingga aplikasi produktivitas.
Fenomena ini tak sepenuhnya buruk. Banyak yang merasa terbantu dengan integrasi teknologi di hidup mereka: pengingat kesehatan, pembayaran digital, hingga navigasi perjalanan.
Namun, efek jangka panjang seperti stres digital, gangguan fokus, dan kelelahan mental mulai jadi isu baru.
Baca Juga: Era Baru Gadget 2025, Saat AI dan Desain Jadi Satu