Dibalik Romantisnya Sarwendah dan Gio, Curhatan Pilu Betrand Peto Tentang Perceraian Orang Tuanya

SEWAKTU.com -- Betrand Peto, sosok remaja yang dikenal publik lewat penampilan cerianya di layar kaca, ternyata menyimpan cerita pilu yang jarang diketahui banyak orang.

Di balik senyumnya yang selalu tampak tulus dan kehadirannya yang penuh semangat, tersimpan luka mendalam akibat perpisahan orang-orang terdekat dalam hidupnya.

Kehidupan pribadinya, yang selama ini jarang disorot secara mendalam, mulai terungkap seiring berjalannya waktu.

Sejak tahun 2019, Betrand secara resmi diadopsi oleh pasangan selebritas Ruben Onsu dan Sarwendah.

Baca Juga: Karier Hancur Gegara Murtad dan Hamil di Luar Nikah, Pinkan Mambo Nangis Usai Dituduh Ngemis di Medsos

Sejak saat itu pula, ia tumbuh sebagai bagian dari keluarga yang hangat dan penuh kasih. Bersama Ruben, Sarwendah, dan kedua adik perempuannya, Thalia dan Thania, Onyo sapaan akrab Betrand menjalani kehidupan keluarga yang harmonis.

Hubungan mereka terjalin erat, tidak hanya sebagai keluarga angkat, tetapi sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi dan mengasihi satu sama lain.

Namun, di balik kehangatan tersebut, kehidupan Betrand kembali diuji. Perpisahan antara Ruben Onsu dan Sarwendah ternyata menjadi pukulan tersendiri bagi dirinya.

Hal ini menjadi lebih berat mengingat Betrand sebelumnya sudah mengalami luka batin akibat perceraian orang tua kandungnya di kampung halamannya, Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: Ada yang Ngaku Terang-terangan, 6 Artis Ini Dicap Pelakor Handal Usai Rebut Suami Orang

Menghadapi situasi yang serupa untuk kedua kalinya membuat hatinya terluka lebih dalam.

Betrand mengakui bahwa ia sempat merasa sangat terpukul. Perasaannya campur aduk, terlebih karena ia merasa hal serupa kembali menimpanya.

Dalam aktivitas sehari-harinya, terutama saat bermain sepak bola, emosi yang tak tertahankan itu sempat meledak. Ia mengalami kesulitan mengendalikan perasaan marah dan kecewa yang menumpuk di dalam dirinya.

Bahkan, hal ini sempat berujung pada konflik kecil dengan teman-teman sesama pemain. Kondisi emosionalnya saat itu menjadi tidak stabil, hingga pelatihnya pun menyadari perubahan sikap tersebut.