SEWAKTU.COM -- Suku Bajo dikenal sebagai salah satu suku paling unik di dunia berkat kemampuan menyelam mereka yang luar biasa. Bahkan, kemampuan ini telah diakui oleh penelitian internasional. Anggota suku Bajo mampu menyelam hingga kedalaman 70 meter dan bertahan di bawah air selama 13 menit hanya dengan bantuan kacamata renang sederhana dan sabuk pemberat.
Menurut laporan British Broadcasting Corporation (BBC), rahasia di balik kemampuan tersebut terletak pada ukuran limpa mereka yang lebih besar dibandingkan manusia pada umumnya. Evolusi ini memungkinkan sirkulasi oksigen dalam darah tetap optimal, sehingga mereka mampu menahan napas lebih lama di bawah air. Selain itu, limpa yang lebih besar membantu memperbarui sel darah, meningkatkan kemampuan tubuh mereka untuk beradaptasi di laut.
Baca Juga: Semarak HUT RI ke-80, DBMSDA Kota Bekasi Gelar Puncak Lomba Agustusan di Lingkungan GTB
Suku Bajo sering disebut sebagai “Gypsy Laut” atau pengembara laut karena sebagian besar hidup mereka dihabiskan di atas air. Mereka tersebar di berbagai wilayah pesisir, mulai dari Pulau Madagaskar di Afrika hingga kepulauan di Samudra Pasifik. Dalam bahasa mereka, suku Bajo menyebut diri sebagai orang sama, yang berarti orang laut.
Selain kemampuan menyelam, suku Bajo juga memiliki tradisi kuliner khas. Salah satunya adalah perangi, hidangan ikan mentah segar yang mirip sashimi dari Jepang. Hidangan ini dibuat dari ikan karang segar yang dibumbui dengan perasan jeruk nipis, cabai, garam, dan bawang merah. Meski sederhana, cita rasa perangi memadukan sensasi asam, asin, dan gurih yang khas. Karena berbahan ikan mentah, perangi harus disajikan segera setelah dibuat untuk menjaga kesegarannya.
Baca Juga: Bupati Bogor Canangkan Gerakan Satu ASN Satu Pohon untuk Penghijauan dan Ketahanan Pangan
Dulu, sebelum menetap di pesisir, suku Bajo tinggal di atas perahu tradisional yang disebut lepa-lepa. Perahu ini berfungsi sebagai rumah sekaligus kendaraan untuk berpindah tempat. Rata-rata panjangnya hanya sekitar 5 meter dengan lebar 1,5 meter, namun di sinilah mereka tidur, makan, dan mencari ikan. Mereka jarang menepi ke daratan, kecuali untuk menjual hasil tangkapan atau membeli kebutuhan pokok.
Kini, sebagian suku Bajo telah menetap dan membangun rumah di atas laut. Rumah tersebut disebut baboro, yang berarti rumah sederhana. Tiangnya terbuat dari batang kayu, dinding dari papan atau anyaman daun kelapa, dan atap yang dahulu dibuat dari daun nipa, meskipun kini banyak yang beralih ke material modern. Letak rumah yang langsung menghadap laut memudahkan mereka bersandar dengan perahu setelah melaut.
Baca Juga: Rudy Susmanto Kukuhkan 60 Anggota Paskibraka Jelang HUT ke-80 RI: 'Masa Depan Kabupaten Bogor'
Keunikan suku Bajo tidak hanya terletak pada kemampuan menyelam atau cara hidupnya di atas laut, tetapi juga pada kemampuannya menjaga tradisi turun-temurun di tengah perubahan zaman. Mereka adalah bagian dari lebih dari 360 suku bangsa di Indonesia yang menjadi kekayaan budaya dan identitas bangsa.
Artikel Terkait
Ilmu Pelet Suku Banjar, Buat Sukma Dia Meronta Menginginkanmu!
Ilmu Pelet Suku Baduy, Bikin Lawan Jenis Haus Kasih Sayangmu
Rincian Biaya Admin Bank BNI, Suku Bunga dan Saldo Minimal Terbaru
MELEDAK ABANGKUH! GADIS PERAWAN SUKU BADUY TERISOLASI DI Tengah Hutan! Intip Kehidupan Suku Pedalaman Indonesia
Swedia Kirim Bantuan Militer Senilai 4,6 Miliar Kronor: Suku Cadang Gripen untuk Ukraina